Bandar Casino Terpercaya - Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal - Ayahku adalah orang yang sering bepergian ke luar negeri bersama ibu,
dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku
ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang
teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya ibuku bernama
tante susi. tante susi saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku.
Semestinya dia pantas aku panggil kakak dari pada tante, karena wajahnya
yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan.
Bandar Casino Terbaik - Tante Susi adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian
menjadi teman baik mamaku. Wajah tante susi tergolong cantik dengan
kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya
indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon
kecantikan. tante susi sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau
gosip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante susi keluar bersama
kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di
mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante susi.
Ibu bercerita bahwa tante susi itu bukanlah janda cerai atau janda
apalah. Tapi tante susi sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari
laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak
dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk
mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi
cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya
melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku
dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur
dari rumah, dan menginap di rumah teman.
Tiba-tiba bel rumah
berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu
baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke
rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka
oleh pembantu, suara tante susi menyapanya. Aku hanya duduk
bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba
aku disapanya. “Diki kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante
susi. “Kalo ke Bandung sih Diki malas, tante. Kalo ke Singapore Diki mau
ikut.” jawabku santai. “Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore.
Tante ada apartment di sana” tungkas tante susi. Aku pun hanya menjawab
apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa
dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”. “Kagak ada sih. Tante
cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan
sendirian nih. Diki mau ngga temenin tante?”. “Emang tante mau makan di
mana?” “Tante sih mikir Pizza Hut.” “Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Diki maunya pengen makan apa?” “Makan di Muara Karang aja tante.
Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.” “Oke
deh. Mau cabut jam berapa?” “Entaran aja tante. Diki masih belon laper.
Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.” Kami berdua nonton
bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante susi mengenakan baju
yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan
atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian
dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal
lehernya). Kaki tante susi putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun.
Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak
seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV
dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam.
Kami
juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante susi suka bertanya
tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku
di sekolah. Aku mengatakan kepada tante susi bahwa aku saat itu masih
belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih
ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. Semakin lama kami
berbincang-bincang, tubuh tante susi semakin mendekat ke arahku. Bau
parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku
tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante susi berkata,
“Diki, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”. “Huh? Mana enak?”
tanyaku. “Mau tante kitik kuping Diki?” tante susi menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi. “Ga usah,
pake bulu kemucing itu aja” tundas tante susi. “Idih jorok nih tante.
Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Diki. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja.
Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante susi.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha
tante.” lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja
dengan tingkah polah tante susi.
Ternyata memang benar adanya,
telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada
tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen
tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam
sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.
“Diki, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante. “Erghhhmmm … jam
berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Diki. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi
asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.”
kata tante sambil mengelus lembut rambutku. “Masih ngantuk nih tante …
makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat
sini.” “Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi
bengong di sini.” “Oke oke, kasih Diki lima menit lagi deh tante.”
mintaku. “Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.” Sambil
malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante susi sedang
membenarkan posisi roknya kembali.
Alamak gaya tidurku kok jelek
sekali sih sampe-sampe rok tante susi tersingkap tinggi banget. Berarti
dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante susi , begitulah aku
berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka,
ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita
akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku
pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci
rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. “Nih
kamu yang setir mobil tante dong.” “Ogah ah, Diki cuman mau setir Baby
Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante susi
membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. “Belagu banget kamu. Kalo ngga
mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante susi. “No way … bisa
digantung ogut ama papa mama.” jawabku. “Iya udah kalo gitu setir ini
dong.” jawab tante susi sambil tertawa kemenangan.
Mobil melaju
menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. tante susi seperti bebek saja, ngga
pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang
mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan
tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, Aku memutuskan untuk makan
bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante susi tidak protes
dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah
makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante susi
mengajakku mampir ke rumahnya.
tante susi tinggal sendiri di
apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri
karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante susi sendiri tinggal di
Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante susi ,
yang tante susi tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante
susi lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada
siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante susi. Jadi aku bisa maklum
apabila tante susi sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal
sendiri di apartemen. “Anggap rumah sendiri Diki.
Jangan
malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.” “Kalo begitu, Diki
mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih
disegel. “Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante susi. “Tapi
Diki dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud
membela diri. “Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru,
tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.
Tiba-tiba suara tante
susi menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan
sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang
di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan
wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan
aku yakin pasti bukan barang yang murahan. “Itu tante beli dari seniman
lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante susi memecahkan suasana
hening sebelumnya. “Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!”
jawabku kagum. “Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga
dengan seniman itu, karena seni itu mahal.
Kalo tante tidak cocok
dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan
diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante susi tidak bosan
menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. tante susi ternyata
memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. “Ok deh. Kalo begitu Diki
mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat
aja dulu yah.” kataku. “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga
masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit
memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante susi yang tinggal
sendiri di apartemen itu.
Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau
2 jam lagi, sampai nanti tante susi sudah ingin tidur. “Kita main UNO
yuk?!” ajak tante susi. “Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran. “Walah kamu
ngga pernah main UNO yah?” tanya tante susi. Aku hanya
menggeleng-gelengkan kepala. “Wah kamu kampung boy banget sih.” canda
tante susi. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. tante susi masuk
ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur
untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman.
tante susi membawa
kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on
rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun
mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku
teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas
sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg
aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas.
Melihat
kejadian ini, tante susi menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku
bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1
gelas Hennessy sendirian. “Tante, anterin Diki pulang yah. Kepala ogut
rada berat.” “Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab
tante susi. Aku merasa tante susi berusaha mencegahku untuk pulang ke
rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang
tante susi minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka
menurut, tante susi mulai terlihat lebih beranilagi. Dia mengajakku main
kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua.
Paling
tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi
lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah
harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante susi ralat
menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus
terang aja tante susi sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan
dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu
meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin
beranimenanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante susi , dia
lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa
mengerjaiku.
Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina,
menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada
pointnya buat tante susi menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena
kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga
kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku
pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu
kehidupannya yang sangat pribadi.
Mula-mula aku bertanya tentang
mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan
yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia
kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante susi jawab semua
pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami
semakin wild dan berani. tante susi mengusulkan untuk mengkombinasikan
‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan
menyetujui saja usul tante susi. “Yee, tante menang lagi.
Ayo
lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante susi dengan senyum
kemenangan. “Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah.
Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.
Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi …
lepas lagi.”. tante susi kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas
kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya
tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …”
candaku sambil tertawa gembira. “Jangan gembira dulu. Tante lepas anting
tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku
makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante susi
bugil juga.
Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh …
kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari
gembira. Terlihat tante susi melepas jepit rambut merahnya, dan aku
segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan
peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan
nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap
menempel dong.” jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan
tante susi. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.
“Straight … Diki … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan
malu-malu!” seru tante susi girang. Aku pun segera melepas jaket aku
yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam.
Lihatlah
pembalasanku, kataku dalam hati. “Diki Three kind … tante … one pair …
ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa
diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku
serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini
yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat
jelas, putih bersih. Diki junior dengan serentak langsung menegang, dan
kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong.
Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya.
Aku
kaget sambil tersenyum malu. “Yes Full House, kali ini tante menang.
Ayo buka … buka”. Tampak tante susi girang banget bisa dia menang. Kali
ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. “Ck ck ck … pemain
basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga
hebat.” sindir tante susi sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine
yang ada di gelasnya, tante susi kemudian beranjak dari tempat duduknya
menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama
kemudian tante susi membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan
sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. “Mari kita bergembira malam ini.
Minum
sepuas-puasnya.” ucap tante susi. Kami saling ber-tos ria dan kemudian
melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan
girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante susi melepas
rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante susi hanya terliat mengenakan
BH dan celana dalam saja.
Malam itu dia mengenakan celana dalam
yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis
disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante susi
mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Cerita Hot Gairah tante susi Plus
Anal Sex diMuka tante susi sedikit memerah. Kulihat tante susi sudah
menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk
malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu
untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat
tubuh terlanjang tante susi. “Yes, yes, yes …” senyum kemenangan
terlukis indah di wajahku. tante susi kemudian memandangkan wajahku
selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Diki
tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini
tante susi melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot.
Benar
apa kata tante susi , aku seperti terkena setrum listrik bertegangan
tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang.
Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di
depan mata. Payudara tante susi sungguh indah dengan putingnya yang
berwarna coklat muda menantang. “Aih Diki, ngapain liat susu tante
terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante
susi. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali
liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante susi
lagi.
Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi
tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua
payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik
celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah
adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan
kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main,
kali ini aku yang kalah, dan tante susi meminta aku melepas celana yang
aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana
dalam saja.
tante susi hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak
wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante susi untuk menegak
V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya
tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya.
Babak penentuan apakah tante susi akan melihat aku terlanjang bulat atau
sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak
kepadaku.
Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat
keberuntungan berpihak kepada tante susi. Aku kecewa sekali, dan wajah
kekecewaanku terbaca jelas oleh tante susi. Sewaktu aku akan melepas
celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante susi mencegahnya.
“Tunggu Diki. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Diki
dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante susi.
Setelah
meneguk wine-nya lagi, tante susi terdiam sejenak kemudian tersenyum
genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang
sebelum-sebelumnya. “Tante dare Diki untuk … hmmm … cium bibir tante
sekarang.” tantang tante susi. “Ahh, yang bener tante?” tanyaku. “Iya
bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante susi. “Bukan
karena itu. Tapi … Diki belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu. “Iya
udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Diki.”
kata tante susi. Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke
wajah tante susi. tante susi kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku
hanya menempelkan bibirku ke bibir tante susi. tante susi diam
sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku
perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur
tante susi. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.
Aku pun
tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan
bibir tante susi. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti
anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat,
aku kaget dengan tingkah baru tante susi. tante susi dengan serentak
menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa
jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan
lidah tante susi , dan kini lidah kami kemudian saling berperang di
dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante susi.
Kami
saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku
sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. tante susi seakan-akan
menikmati betul ciuman ini. Nafas tante susi pun masih teratur, tidak
ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. “Sudah cukup dulu. Ayo kita
sambung lagi pokernya” ajak tante susi. Aku pun mulai mengocok kartunya,
dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali
lagi mencium bibir lembutnya.
Kali ini aku menang, dan terang saja
aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. tante susi menurut
saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi
kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. “Udah ah, jangan ciuman
terus dong. Ntar Diki bosan ama tante.” candanya. “Masih belon bosan
tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku. “Kalo ciuman terus
kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante susi kemudian terputus. Kalimat
tante susi ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin
mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang
untuk bermain ‘gila’ dengan tante susi malam itu.
Aku semakin
beranidan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante
susi sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja
aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan
aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. “Diki menang
lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante
susi sambil menggoda. “Hmm … apa yah.” pikirku sejenak. “Gini aja,
Diki
pengen emut-emut susu tante susi.” jawabku tidak tau malu. Ternyata
wajah tante susi tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum
kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran
kamu, Diki.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. tante susi hanya
mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara
sebelah kanan tante susi. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya
tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting
susu tante susi dengan lembut.
Kedua telapak tanganku berpijak
mantap di atas karpet ruang tamu tante susi , memberikan fondasi kuat
agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante susi. AKu kulum
bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante susi
dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante susi. Dia tampak
menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting
susu-nya. Nafas tante susi perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar
desahan dari mulutnya.
Kini aku bisa memastikan bahwa tante susi
saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Dikiii …
kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante susi
dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante susi ,
tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. tante
susi tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti
memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak
senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante susi
perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante susi
tidak menahan/menolak, bahkan tante susi hanya pasrah saja.
Setelah
tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku
terhadap payudara tante susi. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante
susi , dan oh my, wangi betul leher tante susi. tante susi memejamkan
kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut
kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap
tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa
yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku
menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku
di atas bibir tante susi , dan kami kembali berciuman mesra sambil
berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante
susi. Tanganku tidak tinggal diam.
Telapak tangan kiriku menjadi
bantal untuk kepala belakang tante susi , sedangkan tangan kananku
meremas-remas payudara kiri tante susi. Tubuh tante susi seperti cacing
kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi
berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante susi tiba-tiba melepas
celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante susi
memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana
dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante susi saat itu, namun
tante susi tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di
kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante
susi mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante susi dicukur abis
olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang
menonjol di memeknya.
Para pembaca pasti tau nama daging mungil
ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji
etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante susi
berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek
tante susi mulai basah dan licin. “Diki … kamu yah … aaahhhh … kok
beraniama tante?” tanya tante susi terengah-engah. “Kan tante yang suruh
tangan Diki ke sini?” jawabku. “Masa sihhh … tante lupa … aahhh Diki …
Diki … kamu kok nakal?” tanya tante susi lagi. “Nakal tapi tante bakal
suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante susi. “Iyaaa … nakalin
tante pleasee …” suara tante susi mulai serak-serak basah. Aku tetap
memainkan itil tante susi , dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat.
Tak lama kemudian tante susi menjerit kencang seakaan-akan terjadi
gempa bumi saja.
Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat
mencakar bahuku. Untung saja tante susi bukan tipe wanita yang suka
merawat kuku panjang, jadi cakaran tante susi tidak sakit buatku. “Diki …
tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante susi. Aku yang masih hijau
waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti
setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante susi lemas dan nafasnya
terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku
yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku
tegak. Aku siap menikmati tubuh tante susi , tapi sedikit ragu, karena
takut akan ditolak oleh tante susi. Keragu-raguanku ini terbaca oleh
tante susi. Dengan lembutnya tante susi berkata, “Diki, kalo pengen
tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelum gairah tante habis. Tuh
liat kontol Diki dah tegak kayak besi.
Sini tante pegang apa dah
panas.”. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta
traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina
tante susi , dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak
sulit menembus pintu kenikmatan milik tante susi. Selain mungkin karena
basahnya dinding-dinding memek tante susi yang memuluskan jalan masuk
penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah
masuk di dalam sana. “Uhhh … ohhh … Dikiii … ahhh …” desah tante susi.
Aku coba mengocok-kocok memek tante susi dengan penisku dengan
memaju-mundurkan pinggulku.
tante susi terlihat semakin ‘horny’,
dan mendesah tak karuan. “Dikiii … Dikiii … aduhhh Dikiii … geliiii
tante … uhhh … ohhhh …” desah tante susi. Di saat aku sedang asyik
memacu tubuh tante susi , tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante
susi , sehingga aku berhenti sejenak. “Dikiii … kamu dah mau keluar
belum … ” tanya tante susi. “Belon sih tante … mungkin beberapa saat
lagi … ” jawabku serius. “Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam.
Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake
pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang.
Jadi
jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante susi. “Beres tante.”
jawabku. “Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda
tante susi genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali
permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante susi semakin basah saja,
dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu
jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan
telingaku panas. tante susi pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya
makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku
sudah berpacu dengan tante susi 20 menit lama-nya.
Tanda-tanda
akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat
saja. “Dikiii … ampunnn Dikiii … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada
lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante susi.
“Tante … Dikiii dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat
goyangan pinggulku. Puting tante susi semakin terlihat mencuat
menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan
wajahku ke wajah tante susi , dan bibir kami saling berciuman. Aku
julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling
berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi.
Posisiku
tetap di atas tubuh tante susi. Aku percepat kocokan penisku di dalam
memek tante susi. tante susi sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan
saja. “Dikiii … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante susi
sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante susi telah ‘orgasme’.
Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan
menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante susi agar spermaku dilepas
keluar dari memek tante susi. “Tante … Dikiiis datangggg …” jeritku
panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante susi , dan penisku
memuncratkan spermanya di perut tante susi. Saking kencangnya,
Semburan
spermaku sampai di dada dan leher tante susi. “Ahhh … ahhhh … ahhhh …”
suara jeritan kepuasanku. “Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya
banyak bangettt sih …” canda tante susi. Aku hanya tersenyum saja. Aku
tidak sempat mengomentari candaan tante susi. Setelah semua sperma telah
tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante susi.
Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku
melihat ke langit-langit apartment tante susi.
Aku baru saja
menikmati yang namanya surga dunia. tante susi kemudian memelukku manja
dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh
hidungku. “Diki puas ngga?” tanya tante susi. “Bukan puas lagi tante …
tapi Diki seperti baru saja masuk ke surga” jawabku. “Emang memek tante
surga yah?” canda tante susi. “Boleh dikata demikian.” jawabku percaya
diri. “Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran. “Hmmm … coba kamu pikir
sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih
berdenyut-denyut rasanya.
Diapain emang ama Diki?” tanya tante
susi manja. “Anuu … Diki kasih si Diki Junior … tuh tante liat jembut
Diki banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir
keluar tadi.” kataku. “Idihhh … mana mungkin …” bela tante susi sambil
mencubit penisku yang sudah mulai loyo. “Diki sering-sering datang ke
rumah tante aja.
Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante
susi. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di
rumah tante susi. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku
sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante susi, namum ajakanku ditolak
halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak
saat itu aku menjadi teman seks gelap tante susi tanpa sepengetahuan
orang lain terutama ayah dan ibu. tante susi senang bercinta yang
bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya
sendiri.
Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan
charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha
keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana).
tante susi sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante susi seks
dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks
yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan
kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor
bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks
dan diet yang teratur.
tante susi paling suka ‘bermain’ tanpa
kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat
kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil
kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat
setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh
dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di
dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante susi lupa menyetok
kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi
di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap
ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya.
Aku sempat memiliki
perasaan cinta terhadap tante susi. Maklum aku masih tergolong
remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante susi menolaknya
dengan halus karena apabila hubunganku dan tante susi bertambah serius,
banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. tante susi
sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku
benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir
1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan
sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante susi. Saat
ini aku masih berhubungan baik dengan tante susi.
Kami
kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau
kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing.
tante susi sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga
masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak
putus dengan pacarku, tante susi sempat menjadi pelarianku, terutama
pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante susi, namun
tante susi seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati
pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante susi tidak pernah merasa
bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin
membantu meringkankan beban perasaan temannya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment