Agen Casino Online - Ketagihan Memek Mbak Raisa, Teman Sewaktu Kecil - Mbak Raisa adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut
dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di
desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah
SMP sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku.
Agen Casino Terbaik - Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Raisa ikut
dengan keluargaku sampai dia lulus sekolah SMA dan dia kembali ke desa.
Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah SD. Namanya juga anak kecil,
jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.
Tiga tahun
kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar
Jawa tepatnya ke Kota Makassar mengikuti ayah yang pindah tugas. Setelah
itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat
dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku
lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di
Kota Yogya.
Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Raisa
sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang.
Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak
Raisa. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi
kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini
berawal.
Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku
sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek.
Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu
rumahnya.
“Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam.
Tak
lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau
lama tidak bertemu. Mbak Raisa terlihat manis dan kulitnya masih putih
seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.
“Cari siapa ya?” tanya Mbak Raisa.
“Anda Mbak Raisa kan?” aku balik bertanya.
“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Raisa kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
“Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Dino Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.
“Kamu Dino anaknya Pak Parto?” kata Mbak Raisa setengah nggak percaya.
“Ya
ampun Dino, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak
bertemu.” Kata Mbak Raisa sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku
kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku
rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.
“Kamu kapan datangnya, dengan siapa” kata Mbak Raisa sambil melepas pelukannya.
“Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri.” kataku.
“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.
Kami
kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama
nggak tetemu. Mbak Raisa duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah
dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini,
tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Raisa sudah aku
anggap sebagai keluarga sendiri.
“Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Raisa ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang, “Ayo ini diminum”, kata Mbak Raisa.
“Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaku.
“Oh
kebetulan Mas Heru (suaminya Mbak Raisa) pergi kerumah orang tuanya,
ada keperluan, rencananya besok pulangnya dan si Deni (anaknya Mbak
Raisa) ikut” jawab Mbak Raisa.
“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Raisa kok nggak ikut?” tanyaku lagi.
“Belum
Dino padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya,
kayak si Deni dulu. Mbak Raisa ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut”
katanya.
“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.
“Iya Mbak, tadi sudah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Raisa.
Lalu
aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat
kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Raisa gantian mandi.
Kurang lebih lima belas menit, Mbak Raisa selesai mandi dan aku terkejut
karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Aku
pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat
tali BH menggantung di pundaknya.
“Sayang Dino ikannya masih
kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Raisa sambil melangkah ke arahku
lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.
Kulihat buah
dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum
tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti
baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Raisa dari belakang.
Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas
bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas,
menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku
seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu
kucoba menghilangkan khayalan itu.
Haripun berganti petang, udara
dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve
sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.
“Dino nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Raisa.
“Apa Mbak?” Kataku terkejut.
“Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu” katanya.
“Iya Mbak aku inget” jawabku.
“Nah
ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Raisa sambil beranjak
melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku
berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke
ranjang.
“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Raisa.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.
“Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Raisa.
“Iya
Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku
semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore
tadi, apalagi kini Mbak Raisa terbaring di sampingku, kurasakan burungku
mengeras.
Aku melirik ke arah Mbak Raisa dan kulihat ia telah
tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus
aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku
memeluk Mbak Raisa dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin
pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak
bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak
Raisa sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.
Dengan
dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian
dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya
kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu
dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal
dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana
meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun.
Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang
membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad,
kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.
Dengan hati-hati aku
mulai meraba paha Mbak Raisa dari atas lutut lalu keatas, terasa halus
sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba
meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Raisa terbangun.
“Dino! Apa yang kamu lakukan!” kata Mbak Raisa dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
“Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Raisa. Siapa yang ngajari kamu?” kata Mbak Raisa dengan marah.
Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
“Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Raisa.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Raisa kan juga salah” kataku lagi membela diri.
“Apa maksudmu?” tanya Mbak Raisa.
“Mbak
Raisa masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar
Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Raisa masih memperlakukan aku
seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore
juga, habis mandi Mbak Raisa hanya memakai handuk saja didepanku. Saya
kan lelaki normal Mbak” jelasku.
Kulihat Mbak Raisa hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.
“Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Mbak
Raisa hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan
mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan
terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku
diketuk.
“Dino.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Raisa dari luar.
“Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.
Mbak Raisa masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
“Dino.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.
“Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Raisa” kataku.
“Nggak
Dino, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi
benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu
seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari
bahwa kamu sekarang sudah besar” kata Mbak Raisa.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Raisa tidak marah lagi.
“Dino, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Raisa.
“Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
“Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu” katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.
“Apa Mbak” kataku terkejut.
“Bukan
apa-apa Dino, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya
untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak
menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Raisa
Lagi-lagi aku
hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut
dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini
yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.
“Gimana Dino? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak Raisa.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Raisa.
“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.
“Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Raisa.
Mbak
Raisa lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih
mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai
naik. Lalu Mbak Raisa mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi
tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun
terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah
dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Raisa lalu
mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa
tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang
langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya
terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang
dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu
untuk melakukannya.
“Ayo Dino.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu” kata Mbak Raisa.
Segera
aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan
lagi. Kulihat Mbak Raisa memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut,
aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja
aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat
bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya
tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat
bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan
gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil
sesekali memelintir puting susunya.
“Ooh.. Dino.. apa yang kau
lakukan.. ergh.. sshh..” Mbak Raisa mulai mendesah tanda birahinya mulai
naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental.
Setelah
puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin
merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi
buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya,
putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah
lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya,
sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal
dan mengeras.
“Emmh oh aarghh” Mbak Raisa mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Cerita
Sex Terpanas, Cerita Sex Dengan Tante, Cerita Sex Tante Girang, Cerita
Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Kumpulan Cerita Hot, Cerita Hot
Terbaru
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan
giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke
selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling
memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah
sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan
jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar
masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.
“Aargghh..
eemhh.. Dino kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Raisa meracau tak
karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat.
Tak
kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Raisa semakin mengelinjang
dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Raisa menegang dan kulihat
wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks.
Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.
“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Raisa dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
“Oohh
aahh..” Mbak Raisa mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya
bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Raisa masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Dino apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Raisa.
“Kenapa emangnya Mbak?” Kataku.
“Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Raisa.
Ia
lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah
mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan
dalam bercinta suaminya cepat selesai.
“Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Raisa mengangguk kecil.
Aku
mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya
yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku
kupermainkan di dalam memeknya.
“Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Raisa mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah
aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan
burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya
dan Mbak Raisa tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan
burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk
melakukannya.
“Ayo Dino jangan takut, masukin aja” kata Mbak Raisa.
Perlahan-lahan
aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu.
Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan
licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh
nikmatnya.
“Lebih cepat Dino arghh.. emhh” kata Mbak Raisa terputus-putus dengan mata merem-melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.
“Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Raisa berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
“Dino,
Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Raisa
sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya
dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.
Remasan dinding memeknya
begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai
klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan
nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika
aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya
menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama
kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan
merebahkan badanku disampinya.
“Mbak Raisa, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Mbak juga Dino.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Raisa lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.
Kira-kira
jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari
minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Raisa juga
terbangun.
“Kamu mau kemana Dino..” katanya.
“Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Raisa mau?” Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.
“Ini Mbak minumnya” kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Raisa yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.
“Ada apa Dino, kok kamu memandangi Mbak” katanya.
“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.
“Ah kamu Dino, bisa aja, Mbak kan udah tua Dino” kata Mbak Raisa.
“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.
“Dino.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Raisa.
“Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.
“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Raisa terhenti.
“Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.
“Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Raisa dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Dino.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.
“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.
“Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Raisa” kataku.
Sebenarnya
aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak
Raisa juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa
puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini
aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap
inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Raisa juga sangat ingin.
Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh
kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Raisa.
Aku makin berani,
kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak
Raisa pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami
saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati
bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya,
kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya
lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan
mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit
bibirku ketika kupelintir putingnya.
Aku sudah puas dengan
bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap
lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap
meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Raisa sangat
redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan
desahan erotis.
“Oohh.. arghh.. en.. ennak Dino.. emhh..” kata Mbak Raisa mendesah-desah.
Tiba-tiba
tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan
menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya,
rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun
segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan
kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.
“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Raisa meracau.
Setiap
kali Mbak Raisa terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku
menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya,
kulakukan beberapa kali.
“Emhh Dino.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Raisa memohon.
Mendengarnya
membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks
dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua
yang pernah aku lihat di bokep.
Segera aku arahkan mulutku ke
selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling
memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah,
sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk
melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati
memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan
keluar masuk.
“Dino.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Raisa.
Ia
terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku
tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia
mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama
kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei
dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Dino.. aahh..” kata Mbak Raisa ketika ia klimaks.
Setelah
Mbak Raisa selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali
mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.
“Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataku.
“Gimana Dino aku nggak ngerti” kata Mbak Raisa.
Daripada
aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak
Raisa aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti.
Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan
pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam
sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya. Mbak Raisa lalu mulai
melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di
kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini
mulai mempercepat gerakannya.
Kulihat wajahnya penuh dengan
keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat
kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang
sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak
kenikmatan. Wajah Mbak Raisa terlihat sangat cantik seperti itu apalagi
ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing
gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku
meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir
puting susunya.
“Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Raisa.
“Aku nggak kuat lagi Dino..” kata Mbak Raisa sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
Kurebahkan
badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak
Raisa mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Raisa
menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku
dan kusuruh Mbak Raisa menungging lalu kumasukkan burungku dari
belakang. Mbak Raisa terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku
lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.
Setelah puas
dengan posisi ini, aku suruh Mbak Raisa rebahan lagi dan aku masukkan
lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali
mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Raisa ingin klimaks lagi,
wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.
“Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Dino.. arrghh ahh..” kata Mbak Raisa.
“Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.
“Mbak
udah nggak tahan Dino.. ahh..” kata Mbak Raisa sambil mendesah panjang,
tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik.
Cairan hangat
menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot
penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun
mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling
berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hal
ini pun sampai sekarang masih kurahasiakan dari siapapun. Setiap saat
aku bertemu dengan mbak Raisa, dirinya pasti selalu mengajakku ngentot
dan bercumbu menikmati setiap rangsangan yang kuberikan padanya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co