Bandar Casino Online - Cerita Pemerkosaan Mahasiswi Secara Brutal - Waktu sudah larut malam saat Anggun dan Anisa pulang jalan-jalan dari
sebuah mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut ilmu pada
sebuah PTN terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang liburan semester
yang lumayan lama, sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang
memilih pulang kampung, namun bagi Anggun dan Anisa lebih memilih untuk
tetap tinggal di kota Bandung karena tidak banyak yang dapat mereka
kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.
Bandar Casino Terbaik - Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah
di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua
penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk
memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka
berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar
itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab
karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus
mereka juga satu fakultas.
Anggun saat ini berusia 26 tahun,
sementara Anisa baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang
cantik, Anggun dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun
dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisa memiliki tubuh yang
mungil dan wajah yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik kepada mereka
berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga
pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula
mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai
kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.
Anggun
saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang
skripsinya, sedang Anisa yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus
tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada
pacaran atau berhura-hura.
Sesampainya di kost, Anggun langsung
menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisa mampir dulu ke
kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah
membuka kamar, Anggun begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka
sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa
segalanya, tiba-tiba kepala Anggun sudah dipukul dari belakang sampai
pingsan.
Anggun tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya
digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah
dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar
dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi
lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di
sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun,
orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya
mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto.
Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga
hanya mengenakan celana jeans.
Wajah mereka khas, usia mereka
sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup
rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup
rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Anggun kembali terbelalak dan
ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang
membangunkan dia bernama Hasan dan satu lagi bernama Thomas atau sering
dipangil Tomi. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang
sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.
Memang
beberapa waktu yang lalu Anggun dan Anisa dikenalkan oleh Henry kepada
Hasan dan Tomi. Karena dengan setengah memaksa Henry, Hasan dan Tomi
ingin dikenalkan dengan Anggun dan Anisa yang waktu itu baru pulang dari
kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Anggun dan
Anisa. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Anggun
dan Anisa lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Hasan dan Tomi.
Dan yang membuat hati Anggun menjerit dan panas adalah begitu sadar
sepenuhnya dan mengetahui Hasan sedang duduk di pinggir ranjang mereka
sambil memangku Anisa yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana
dalamnya saja yang berwarna putih.
Anisa sambil menangis
memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya
yang cantik itu. Tapi si Hasan yang badannya jauh lebih besar itu tidak
menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisa yang baru
sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian
menjilati leher Anisa.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisa dengan bibirnya,
“Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka
beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Hasan bermain di dalam rongga mulut Anisa.
Sementara
itu Tomi yang berada di samping Anggun berkata kepada Anggun, “Hei, elo
sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru
setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo
sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil
mengelus-elus kepala Anggun.
Anggun mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Anggun pun mulai pucat.
Lalu
Hasan yang masih memangku Anisa menyudahi serbuan bibirnya dan berkata,
“Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anisa berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Anggun memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Hasan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anisa dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisa
membuka celana Hasan dan begitu dia menurunkan celana dalam Hasan
tampaklah kemaluan Hasan yang telah membesar dan menegang. Tanpa
membuang waktu Hasan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisa
yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena
terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisa.
“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisa saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.
Tomi
juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah
dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisa, menyuruh Anisa
mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan.
Batang kemaluan Tomi tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup
lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisa dalam posisi berlutut
dengan mulut dijejali kemaluan Hasan dan tangan kanannya mengocok batang
kemaluan Tomi.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Tomi.
Beberapa
lama kemudian nampak tubuh Hasan menegang, seluruh badannya mengejang,
dan, “A.. akh..!” Hasan akhirnya berejakulasi di mulut Anisa.
Cairan putih kental memenuhi mulut Anisa menetes di pinggir bibirnya
seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisa terpaksa meminum
semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan
Hasan di kepalanya.
Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisa,
sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara
dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
“Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Tomi sambil memandangi tubuh bagian
dada dan bawah Anisa yang sedang terisak-isak ketakutan.
Kali ini
Tomi duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisa berjongkok di depannya
sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya.
Anisa terpaksa menuruti kemauan Tomi itu sambil sesekali dipaksa untuk
menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Tomi mendengus keenakan.
Sementara itu si Hasan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan
Anisa dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan
jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu Anisa kaget dan,
“Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..!” Anisa pun merintih-rintih jadinya,
badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah
Hasan di kemaluan Anisa.
“Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Tomi sambil menampar kepala Anisa.
Kembali Anisa mengocok kemaluan Tomi sambil badannya terus meliak-liuk
karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari
bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10
menit dikocok, Tomi memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta
rongga mulut Anisa. Kali ini Anisa sudah tidak tahan dengan rasa cairan
itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Tomi jadi gusar, dia lalu
menjambak rambut Anisa dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.
“Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku.
Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.
Hasan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisa.
“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan.
Anisa hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali
tamparan itu. Nampak kemarahan Anggun bangkit karena teman dekatnya
diperlakukan begitu. Anggun meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya
terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksi Anggun si Hasan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya
pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain,
jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang
gue entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisa,
kali ini Hasan merentangkan tubuh Anisa di tempat tidur dan membuka
lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke
liang kemaluan Anisa.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Anggun. Ampun Bang..!” pinta
Anisa sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Tomi membantu Hasan
dengan memegangi kedua tangan Anisa.
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke
liang kemaluan Anisa yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisa
terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin
keras.
Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam
liang kemaluan Anisa, Hasan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai
dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras
membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela
kemaluan Anisa mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening
hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisa.
“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisa merasakan sakitnya.
Rupanya
teriakan dan erangan Anisa menambah nafsu dan semangat Hasan untuk
terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisa
pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisa hanya pasrah
mengikuti irama Hasan dan kedua tangan Anisa pun kini sudah dilepas oleh
Tomi.
Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan
Anisa menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Hasan yang
sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai
akhirnya melemas kembali. Hasan pun menyudahi gerakan memompanya namun
kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisa.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana
rasanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Hasan sambil menarik rambut
Anisa.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisa menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”
“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Tomi.
“I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha..
ha..!” ejek mereka pada Anggun yang hanya dapat meronta-ronta sambil
menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian
si Hasan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisa gaya
posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20
cm lebih itu ke pantatnya Anisa hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisa berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga
dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisa hingga membuatnya
tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.
“Ooughh..!”
Anisa mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh
badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan,
“Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Hasan meyodomi Anisa dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisa
menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat
digenjot oleh Asan.
Tidak beberapa lama Hasan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang
dubur Anisa dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang
dubur Anisa, sementara Anisa tertelungkup jatuh ke kasur disertai
rintihan panjang melemah, “Aahh..!”
Namun Hasan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini
ditelentangkannya Anisa dan kembali Hasan meniduri Anisa dan memasukkan
kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisa yang telah lemas itu,
dan kembali Hasan menggenjot tubuh lunglai itu.
Tidak lama Hasan
pun berejakulasi di rahim Anisa. Lolongan kepuHasan keluar dari mulut
Hasan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga
meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisa. Anisa pun merintih lirih,
dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisa pun pingsan karena kehabisan
tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Hasan pun merebahkan badannya di samping Anisa yang tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisa.
Sesudah itu kini Tomi yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Anggun yang masih terikat lemas di kursinya.
“Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise
gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar
melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar
elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah
gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Anggun hingga Anggun
yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.
“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Anggun berteriak.
Kemudian dia
menarik dan meletakkan tubuh Anggun mengembalikan ke posisi semula.
Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos
lengan panjang yang dikenakan oleh Anggun. Nafas Anggun tersentak
ketika dengan cepat Tomi dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang
bahan yang dikenakannya. Sekarang Anggun hanya memakai celana dalamnya
yang berwarna putih serta sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang
selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya
putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.
“Hmph..,
hmph..!” Anggun meronta sambil memandang Tomi dengan putus asa, matanya
memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya
pucat pasi.
Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem brengsek..!” kata Tomi, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Anggun, membuat kepala Anggun tersentak.
cerita bokep hot
Kemudian ia membuka ikatan Anggun dan
membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu
dia merentangkan kedua tangan Anggun serta melebarkan kedua kaki Anggun
hingga posisi Anggun kini seperti orang merangkak. Anggun hanya dapat
pasrah mengikuti kemauan Tomi. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias,
setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Anggun dan Anisa
untuk berdandan sebelum pergi kuliah.
Leim lalu merobek celana
dalam Anggun dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Anggun
dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di
belakang dilihatnya Tomi sedang mengagumi dirinya.
“Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”
Tomi menampar pantat sekal Anggun yang sebelah kiri yang membuat Anggun menjerit kaget.
Lalu
tanpa menunggu lagi, Tomi yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan
penisnya yang sudah keras. Tomi hanya membiarkan topi yang masih tetap
membungkus kepala Anggun dan sepasang kaos kaki putih yang masih
dikenakan Anggun, mungkin ini dapat membuat nafsu Tomi semakin menjadi.
Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Anggun jadi nampak cantik
dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.
Kemudian Tomi menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Anggun lewat belakang.
“Ooh.., ampun Pak Tomi. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Anggun mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan memandang Tomi, Anggun mencoba untuk
meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun
Tomi terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.
Tomi
tidak perduli Anggun memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri
belahan pantat Anggun, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati
bibir vaginanya. Setelah tangan si Tomi memegang pinggul Anggun, dengan
satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Anggun menjerit-jerit ketika penis Tomi
mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya.
Kaki Anggun mengejang menahan sakit ketika penis Tomi terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.
Bibir
tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan,
“Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-sodok. Tomi terus bergerak memompa maju mundur
memperkosa Anggun. Ketika kepala Anggun terjatuh lunglai kesakitan, dia
menarik kepala Anggun sehingga kepalanya kembali terangkat dan Anggun
kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Tomi melalui cermin di
depannya.
Kadang-kadang Tomi menampar pantat Anggun berulang kali,
juga dilihatnya payudara Anggun yang tersentak-sentak setiap kali Tomi
menyodok penisnya ke dalam vagina Anggun dan dia hanya dapat pasrah
mengerang-ngerang dan merintih. Tiba-tiba Tomi mengeluarkan penisnya
dari vaginanya. Anggun langsung meronta dan berlari menuju pintu,
berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya
telanjang bulat.
Tapi tiba-tiba Hasan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Anggun sampai ke pintu depan.
“Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Anggun dibungkam oleh tangan Asan,
sementara itu Tomi mendekat dan memukul Anggun dengan keras.
Anggun pun jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar Tomi.
Kemudian Tomi mengikat tangan
Anggun menjadi satu ke depan. Setelah itu, Anggun didorong hingga
terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Tomi memasukkan penisnya ke
mulut Anggun.
“Mmpphh..!” Anggun mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Tomi dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut
Anggun. Kedua tangan Tomi memegang kepala Anggun dengan kencangnya
menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Anggun tertutup dan wajahnya
memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali
dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.
Setelah
beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Anggun, terlihat
tanda-tanda Tomi akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan
kepala Anggun semakin cepat.
Dan, “Akkh.. Croot.., croot..!” Tomi berejakulasi di mulut Anggun,
sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari
mulut Anggun.
Anggun hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua
sperma yang dimuntahkan Tomi tadi, sementara pegangan tangan Tomi di
kepala Anggun semakin kencang, sehingga sulit bagi Anggun untuk menarik
kepalanya.
Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Tomi
mencabut kemaluan dari mulut Anggun yang kini mulutnya terlihat penuh
dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas
puas Tomi mencapakkan kepala Anggun hingga telentang di kasur.
“Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan
sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Hasan yang sudah berada di
samping Anggun.
Anggun memandang Hasan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Hasan memperlakukan Anisa hingga pingsan.
Kemudian Hasan menoleh ke Tomi yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
“Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ
Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Anggun
memelas kepada Asan.
“He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!”
Hasan menarik tubuh Anggun hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke
lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia
menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.
cerita bokep hot
Setelah itu dia membuka belahan pantat Anggun lebar-lebar.
“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!”
Hasan mulai mendorong masuk, sementara Anggun mejerit-jerit minta ampun.
Anggun meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin
menambah gairah Hasan untuk terus mendorong masuk penisnya. Anggun terus
menjerit, ketika perlahan seluruh penis Hasan masuk ke anusnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Anggun, ketika Hasan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.
“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Hasan sambil mengusap-usap buah pantat Anggun.
Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Hasan sambil terus memompa kemaluannya.
Tangisan Anggun makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”
Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan
rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
“Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Hasan sambil terus menyodomi Anggun.
Hingga akhirnya tubuh Hasan mengejan keras, kepalanya menengadah ke
atas, cengkraman tangan di pinggang Anggun pun semakin keras dan
urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi
klimaksnya.
Hasan berejakulasi di lubang pantat Anggun yang
semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Hasan pun dengan menghela napas
lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Anggun yang juga
terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak
terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.
Suara
yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Anggun, tangisan
yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Tomi kembali bangkit
nafsunya. Tomi berjongkok membalikkan tubuh Anggun yang tadinya
telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Anggun, lalu
membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.
Kini posisi Anggun telah siap untuk disetubuhi, Tomi meraih penisnya
yang telah kembali tegang dan memeganginya, memandang ke arah Anggun
yang memalingkan wajahnya dari Tomi, matanya terpejam erat-erat wajahnya
yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat
dan air mata. Tomi mengarahkan penisnya ke vagina Anggun, cairan yang
keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina
Anggun. Anggun mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta,
giginya menggeretak, Tomi nampak menikmati jeritan Anggun ketika dia
menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan
cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Tomi mulai memperkosa Anggun.
Kaki Anggun terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari
tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Tomi mulai
bergerak dengan keras di vagina Anggun. Tomi menarik penisnya sampai
tinggal kepalanya di vagina Anggun sebelum didorong lagi masuk ke dalam
rahimnya. Tomi semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam
rahim Anggun.
Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun
semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Anggun pun lemas
tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya
dicampakkannya topi yang menutupi kepala Anggun oleh Tomi, sehingga
tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Anggun. Kini pada setiap
hentakan membuat rambut indah Anggun tergerai-gerai menambah erotisnya
gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Anggun, bibir Tomi
kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Anggun yang
tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Anggun.
Gerakan
dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan
keras. Anggun pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan
lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya
telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Tomi pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Tomi
berejakulasi di rahim Anggun. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak.
Tomi nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan,
sambil menikmati wajah Anggun yang telah kepayahan dan lunglai itu.
Tomi
mengerang kenikmatan di atas badan Anggun yang sudah lemah yang
sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.
“Aauughh.. oh..!” Anggun pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan
jatuh pingsan menyusul Anisa temannya yang terlebih dulu pingsan.
Badan Tomi menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan
spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini
puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut
keperawanan Anggun gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.
Senyum
puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Anggun yang
tergelatak di bawahnya. Tomi pun ibarat telah memenangkan suatu
peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh
Anggun yang tergolek lemah.
Begitulah malam itu Hasan dan Tomi
telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang
ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua
tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma
kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak
berdaya kedua gadis cantik itu.
Pagi itu saat Hasan dan Tomi sudah
rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost
mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry
yang juga teman Hasan dan Tomi.
“Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.
Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan
melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry.
Tanpa menjawab, Tomi dan Hasan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.
Saat
Tomi dan Hasan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik
ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar
kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan
Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.
Memang
rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali
ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis
itu. Kembali tubuh Anisa dan Anggun yang sudah tidak sadarkan diri
menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut
dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment