Friday, May 31, 2019

Agen Casino Tepercaya - Kisah Birahi Bersama Anak Kost Belakang

Agen Casino Tepercaya - Kisah Birahi Bersama Anak Kost Belakang - Aku Fadil mahasiswa di Kampus X di jogja, berasal dari keluarga sederhana di kota di luar jogja. Di jogja ini aku tinggal ngekos di sebuah dusun dekat dengan kampus dan rata-rata rumah disini memang dijadikan kos-kosan, baik untuk putri maupun putra.
Agen Casino Terbaik - Kosanku berada didaerah bagian belakang dusun dan dibagian depanku ada kos putra, disamping ada kos putri, dan di belakang ada kos putri yang dihuni 7 orang. Yang akan aku ceritakan disini adalah pengalamanku dengan penghuni kos putri yang berada di belakang kosku.
Singkat cerita aku dan penghuni kos putra yang lainnya memang sudah kenal dan lumayan akrab dengan penghuni kos putri belakang, jadi kalo ada yang perlu bantuan tinggal bilang saja. Aku sering sekali main ke kosan putri itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja diruang tamunya, itupun kalau dikosanku lagi sepi, maklum saja aku sendiri yang angkatan tua yang nyaris gak ada kerjaan, sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Saking seringnya aku main ke kosan belakang, ketujuh cewek penghuninya sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku disana, dan ada satu orang cewek bernama Ana, tingginya sekitar 165cm, beratnya sekitar 50kg, kulitnya kuning, ukuran Branya mungkin cuma 34A, pernah sehabis mandi masih dengan balutan handuk sejengkal diatas lutut dia lewat didepanku dengan santainya. Aku yang masih sangat normal sebagai lelaki sempat melongo melihat pahanya yang mulus ternyata, dan dia cuek aja tampaknya.

Sampai suatu hari, sewaktu liburan UAS sekitar menjelang sore saat aku datang ke kosan belakang seperti biasa, disana hanya ada Ana sendiri, dia memakai daster bunga-bunga tipis selutut, dia sedang didepan komputer dikamarnya yang terbuka pintunya, kupikir dia lagi mengerjakan tugas
“lagi ngapain, An? Yang laen kemana?” tanyaku didepan pintu, “eh Mas Fadil, lagi suntuk nih, lagi ngegame aja, yang laen kan mudik mas, trus Mbak rina kan KKN pulangnya malem terus” jawabnya sambil masih memainkan mousenya
“masuk mas”.
Aku pun masuk dan duduk di karpetnya
“ emang kamu ga mudik juga An?”
“aku kan ngambil SP mas, males klo harus ngulang reguler” jawabnya.
“lagi ngegame apa sih?” tanyaku lagi
“ini nih maen monopoly, abis yang ada cuma ini” sambil merubah posisi kakinya bersila dan sempat memperlihatkan pahanya, akupun melongo lagi di sajikan pahanya itu, sampai akhirnya dia sadar dan sambil menutup pahanya dia bilang
“hayo ngliatin apa?”
“eh ngga, ga liat apa-apa” jawabku gelagapan
“hayooo ngaku, pasti nafsu ya, dasar cowo” dia bilang
“yeee jangan cowo aja donk yang salah, yang bikin nafsu kan cewe” kataku membela diri
“wuuu ngeles aja” dia bilang sambil melanjutkan gamenya tadi, “eh mas punya film ga? BT nih”
“film apa ya? Yang di tempatku kan dah di tonton semuanya” jawabku
“yaaah apa aja deeeh” dia memohon
“apa dong, ya emang udah ga ada lagi, ada juga bokep tuh klo mau”
“mau dong mas mau” dia bilang
aku kaget mendengar itu langsung bilang
“beneran nih, nanti kepengen repot lagi”
“udah sana ambilin, aku iseng ni mas”
“tapi nontonnya bareng ya” kubilang
“iihh ga mau ah, nanti malah mas fadil pengen, bisa diperkosa aku”
“ga bakalan atuh sampe kaya gitu, mau diambilin ga niy? Tapi nonton bareng ya”
“iya deh, ambil sana” pintanya.
Secepatnya aku lari ke kos lalu mengcopy bokep yang ada di komputer dikamarku, aku copy yang bagus-bagus saja, kemudian setelah selesai aku langsung berlari ke kamar Ana dan menyerahkannya. Ana pun langsung mengcopy yang ada di flashdiskku.
Kamipun menontonnya, aku duduk berada disebelah kirinya, dan dia duduk sambil memegang bantal. Kami tak ada bicara saat film itu dimulai. Baru beberapa menit menonton, aku mulai horny karena baru kali ini aku nonton bokep sama cewek yang bukan pacarku berdua saja, kontan saja akupun agak-agak salah tingkah berganti-ganti posisi duduk demi menutupi kontolku yang sudah berdiri tegang. Tak berapa lama sepertinya diapun mulai merasakan hal yang sama, nafasnya mulai tak teratur dan agak berat seperti ada yang ditahan, duduknya pun mulai berganti posisi dan sekarang bersila sambil memeluk bantalnya itu. Seandainya aku yang jadi bantalnya, hmmmmm. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya
“kenapa, An? hayoo”
“apaan sih, ga kenapa-napa ko, mas tuh yang kenapa dari tadi gerak-gerak terus?” dia merengut
“ yahhh, namanya juga nonton bokep An, nontonnya sama cewek manis berdua aja lagi” kubilang
“emangnya kenapa klo nonton ma cewek berdua aja”, sepertinya dia memancingku
nekad saja aku bilang
“ya, jadi kepengen lah jadinya”
“tuuh kan bener yang aku bilang tadi” Dia melanjutkan
“ mas fadil suka ya begituan?”
dan aku jawab asal
“ya sukalah, enak sih”
“lah kamu sendiri suka nonton bokep ya? Dah dari kapan? Jangan-jangan kamu juga udah lagi?” langsung aku cecar saja sekalian
“iihhh, apaan sih” dia bilang,
“udahhh ngaku ajah, udah pernah kan?kalo udah juga ga papa, rahasia aman kok, hehe” aku cecar terus
“mmmm tau ah” dia malu tampaknya, kemudian dia mengalihkan dan bertanya
“mas fadil klo begituan suka jilatin kaya gitu mas” sambil menunjuk adegan cowok lagi jilatin memek cewek
“iya, suka, di oral juga suka, kenapa? Pengen ya hehehe”
“ihhhh orang cuma nanya” jawabnya malu-malu
“kamu emangnya belom pernah di oral kaya gitu An?”
“belom lah,aku sebenernya pernah ML 2 kali, tp cowokku ga pernah tuh ngejilatin ‘itu’ku, aku terus yang disuruh isepin ‘anu’nya “ akhirnya dia ngaku juga
“ wahh keenakan cowokmu donk, diisep terus kontolnya ma kamu, dah jago dunk, jadi pengen, hehe”
“wuuu sana ma pacarmu sana” katanya
“pacarku kan jauh An” jawabku.
Aku langsung bergeser merapatkan diri disamping dia
“ an, mau aku jilatin memeknya ga?” aku langsung aja abis udah ga tahan. Dia diam saja, aku cium pipinya diapun menghadapkan mukanya kearahku, aku dekatkan bibirku ke bibirnya dan kamipun berciuman dengan sangat bernafsu. Tangan kiriku mulai meraba toketnya, diapun melenguh “mmmh” sambil tetap berciuman.
“An, udah lama aku pingin ngerasain ngentot sama kamu” kataku
“aku juga mas, aku kan sering mancing mas fadil, tapi mas kayanya ga ngerasa” dia bilang
“ihh pake mancing-mancing segala, kan tinggal ajak aja aku pasti mau”
“yeee masa aku yang ajak” katanya manja sambil menggelayutkan tangannya dileherku
“berarti boleh dong memeknya aku jilat” sambil kuturunkan tanganku ke memeknya yang masih terbalut dasternya
“lom diijinin aja tangannya udah megang memekku nih” sambil tersenyum kemudian menciumiku.
Aku langsung melumat bibirnya sambil mengangkat dasternya hingga tanganku dan memeknya hanya dibatasi CD tipis saja. Ana sudah mulai memasukkan tangannya kedalam celana(saat itu aku hanya menggunakan celana boxer) dan CD ku sampai menyentuh kontolku dan kemudian mengelusnya lembut
“mmmhhh Ana sayang”
Aku membuka kaosku lalu melepaskan dasternya sekalian hingga tersisa CD dan bra nya saja.
“kamu seksi An”
“mas fadil juga kontolnya gede, Ana suka banget, Ana isep ya?”
“iya An, aku juga ga sabar pingin memek km”
Akupun berdiri, Ana memelorotkan celana sekaligus CDku sampai kontolku seperti melompat kedepan mukanya saking tegangnya, Ana sedikit kaget saat melihat kontolku yang memiliki panjang sekitar 17cm
“mas, gede ih, pacarku ga segede ini kontolnya”
Saat dia sudah membuka mulutnya ingin melahap kontolku, aku langsung menariknya hingga berdiri
“sebentar sayang, dah ga sabaran pengen isep ya?”
Ana mengangguk manyun
“kita 69 yuk sayang”
Aku membuka tali bra nya dan lalu cdnya kuturunkan, terlihat bersih memeknya tanpa jembut.
“memek kamu bersih sayang”
“baru kemaren aku cukur mas, abis suka gatel kalo ada bulunya, mas suka ngga?”
“suka banget sayang” sambil kuciumi memeknya.
Ana naik ke kasurnya dengan posisi telentang mengundangku, akupun naik dan memposisikan kontolku berhadapan dengan mukanya lalu mukaku didepan memeknya.
Aku mulai menjilati memeknya dengan lembut , Ana tanpa ragu memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengocoknya perlahan
“oughhh, mmmhhh Ana sayang” memek Ana terasa sangat legit aku menjilati klitorisnya yang kemerahan
“hmpffhhh….mmmpphhh” Ana melenguh
Sekitar 5 menit kami di posisi ini, kami sudah sama-sama tidak tahan, aku mengubah posisiku berada di atas tubuh telentang Ana dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Memeknya sudah agak basah setelah oral tadi, aku menggesek-gesekkan kontolku sesaat
“ohhhh, masukin masku sayang, Ana ga tahan lagi mmmmhhh”
Aku senang mendengarnya memohon minta di entot. Aku menekankan kontolku perlahan, baru kepalanya yang masuk, agak sulit, aku hentakkan sedikit, Ana menggigit bibirnya, dan akhirnya kontolku berhasil memasuki lubang senggamanya, sempit dan seret rasanya membuatku merasakan kenikmatan saat aku awal bercinta dengan pacarku, namun ini terasa lebih mungkin karena lebih menantang. Aku memompa memeknya perlahan-lahan, Ana mengikuti gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya mengarahkan memeknya. Aku genjot terus sambil kupeluk Ana dan menciumi bibirnya yang merah basah.
“mmh. Hmmpppf….sayang enak banget sayang, memek kamu sempit banget, kontolku kaya dipijet-pijet”
“ he emh mas, oughhh terus mas, masukin terus mas, biar Ana jepit kontolnya, ahhhhh” bicaranya terengah-engah
Aku menggenjot terus sampai akhirnya kontolku amblas didalam memeknya. Aku semakin cepat memompa liang senggamanya.
“ahhh,,ohhhh, masku,,,ohh,,entot aku ohh..enak banget mas sayang, Ana pingin oohhhhh dientot mas terus, ayo ooougghhh” Ana sudah tak karuan omongannya saking menikmatinya.
15 menitan kami bercinta dalam posisi tersebut dan aku memintanya nungging untuk posisi doggy , Ana menurut saja, aku masukkan kontolku kememeknya lagi dan sekarang sudah agak lancar walaupun masih terasa sempitnya seperti memeras dan menyedot kontolku masuk. Aku memegang pantatnya yang mulus bersih sambil aku pompa tak terlalu cepat, Anapun memajumundurkan memeknya hingga seperti akan menelan kontolku seluruhnya dan sangat nikmat rasanya.
Aku mempercepat genjotanku di memeknya, Ana sedikit berteriak kenikmatan
“auhh mas,, mmmhh terus mas, enak ahhh…kontol mas…oohhh sayang”
Nafasku semakin memburu dan bernafsu mendengar ocehannya itu membuat genjotanku menjadi sangat cepat
“sayang, aku kluarin dimana sayang…ah ah oughh”
“didalem…argh aja sayang auuhhh ga papa, Ana juga mau keluar mmmhhh”
Genjotanku cepat sekali karena spermaku sudah tak tertahankan lagi mau keluar.
“arrrgghhh aku keluar sayanggg”
Dan saat itu juga tubuh Ana mengejang orgasme
“ahhhhhhh, aku juga ssssshh mas”
Aku muntahkan spermaku dalam lubang memek Ana, aku memutar tubuh Ana dengan kontol masih tertancap di memeknya,aku memeluk dan menciumnya
“kamu hebat sayang, memek kamu hebat jepitannya”
“mas fadil juga”
Dia mengajakku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami, dengan masih telanjang kami keluar kamar dan menuju kamar mandi. Aku membersihkan seluruh tubuhnya dengan perasaan sayang yang luar biasa, dan diapun melakukan hal yang sama kepadaku.
Setelah selesai membersihkan tubuh kami, kami kembali kekamarnya dan memakai kembali pakaian kami,saat itu dia bilang kepadaku
“makasih ya mas, udah ngasih kepuasan buat aku, enak banget ngentot sama kamu mas”
“sama-sama sayang, besok-besok lagi ya?”
“siap mas. Muachh” jawabnya sambil menciumku
Akupun kembali ke kosku dengan hati sangat senang dan saat ada kesempatan berdua kamipun melakukannya lagi. Atau saat sama-sama tidak tahan kami janjian ke hotel untuk memuaskan nafsu kami.


Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Thursday, May 30, 2019

Agen Casino Terbaik - Ngentot Primadona Kampus Anak Kuliahan

Agen Casino Terbaik - Ngentot Primadona Kampus Anak Kuliahan - Perkenalkan nama saya Hendrik. saya ingin menceritakan pengalaman saya ngentot cewek primadona anak kuliahan disalah satu kampus yang berada di kota bandung. Marsya nama cewek tersebut, dan saat itu dia baru berumur 19 tahun Kuliah di salah satu Kulihan Swasta di Bandung dan dia adalah salah satu bintang kampus dan dia bisa dibilang anak mami.
Agen Casino Terpercaya - Kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang ingin menjadi pacarnya. Bisa dibilang Marsya adalah PRIMADONA kampus kuliahan pada waktu itu.
Pertama kali mengenal Marsya pada saat aku sedang bermain Basket di salah satu lapangan di Bandung Barat. Waktu itu aku ingin sekali berkenalan dengannya tetapi aku sedikit malu-malu, soalnya cewek yang satu ini benar-benar cantik dan lain dengan yang aku liat dari biasanya. Marsya seorang cewek Indonesia, kulit putih, tinggi 172cm dan ukuran dada 38A bisa dibilang besar toketnya untuk ukuran remaja yang baru berumur 19 tahun.

Aku akhirnya berkenalan dengan Marsya walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
“Hai… boleh kenalan ga cewek”, sapaku dengan sedikit percaya diri.
“Siapa yaahhh?”, jawab Marsya.
“Saya Hendrik? Boleh kenalan ga, kamu siapa?”
“Boleh kok emank siapa yang ngelarang… Aku Marsya.”
“Kuliah dimana?? Tanyaku sedikit basa-basi.”
“Ada deh”, Katanya sedikit manja.


Akhirnya kami ngobrol panjang lebar dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.
Malamnya aku mencoba menelepon Marsya dan pada saat itu Marsya mengangkat teleponku.
“Halo ini Marsya ya”, sapaku.
“Iya..ni sapa ya”, Marsya menjawab.
“Ini aku Hendrik yang tadi siang berkenalan dengan kamu Mar”, kataku.
“Oh… iya?? ada apa Hen?”
“Engga aku cuma pingin ngobrol aja Mar… Ganggu ga?”
“Engga ganggu kok Hen… biasa aja sama Marsya yah.”
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.
“Marsya udah punya pacar?”, tanyaku.
“Belum Hen… dulu Marsya punya pacar tapi sekarang udah putus”, jawabnya.
“Lho putus gara-gara apa sya?”
“udah bosen aja”, jawab Marsya polos.
“Marsya besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?”, pintaku.
“Boleh kok Hen… mau ketemuan dimana?”
“Di BSM aja Mar mau??”, tanyaku.
“Boleh jam 3 sore yah pas Marsya pulang Kuliah”, jawabnya.
“Ok… selamat malam Mar”, jawabku sebelum menutup pembicaraan.


Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di BSM, Marsya berdandan sexy sekali pada saat itu dengan baju yang teramat sangat menggoda… Ingin sekali aku menyetubuhinya tetapi aku masih perjaka… tidak tahu caranya bagaimana ML.
Kami ngobrol panjang lebar sampai jam 6 sore sambil makan-makan… Tak terasa pada saat mau mengantarkan Marsya pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.
Aku bertanya pada Marsya,
“Mau es krim ga say?”, aku memanggil dia dengan sapaan “say”, eh ternyata dia juga balik meresponsku dengan perkataan
“mau donk say”. Cuaca saat itu mendukung sekali… cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil.
Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil.Marsya bertanya,
“Ngapain kita ke parkiran say?”
“Gak apa-apa kok say… aku cape aja”, aku mulai memandangi buah dada Marsya yang pada saat itu menggoda sekali… ingin sekali aku menjilati puting susunya itu…
Marsya melihatku dan ia berkata
“Ikhhh.. Hendrik nakal liat-lihat perabotan Marsya… bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar”, ucapnya manja.


Aku hanya bisa tertawa dan dalam hatiku aku ingin sekali mengecup bibirnya… aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Marsya menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciummnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Marsya membalas ciumanku dengan ganasnya.
Marsya bertanya kepadaku,
“Hendrik udah pernah ML belum?”
“Belum”, jawabku.
“Marsya juga masih perawan Hen… Marsya ga tau bagaimana caranya ML.”


Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Marsya, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Marsya malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka branya yang warna hitam itu… WOW dada Marsya yang berukuran 38A langsung aku kulum dan Marsya berteriak kecil,
“Aaachh… geli Hen! Jangan cuma satu doank donk say… sebelahnya juga donk say”, aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya.
Marsya yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan kami berdua pun dalam keadaan telanjang bulat di dalam mobil. Pada saat itu di tempat parkir sedang mendukung tidak ada satu orang pun yang melihat kami.
“Kulum kontolku donk say”, pintaku.
“Marsya ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Hen”, jawabnya.
“Aku juga blm pernah melakukannya Say… jadi kita sama kan”, kataku.
“Iya saya coba deh”, jawabnya.
Marsya mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 19cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, “emh..ehm..ehm..”, tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku…
Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati memeknya.
“Ouchh… nikmat bangat say,terusssss….achh..achh “, Marsya mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
“Aahhhh… achhhhhh Hen akuuu keluarrrr…achhh?!”, keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.


Marsya tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Marsya mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan… aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.
“Aku masukin ya say?”, tanyaku.
“Iya say tapi pelan-pelan yah… Marsya masih perawan.”
Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke memek anak kuliahan ini saking rapatnya. Marsya berteriak,
“Ahhh… sakiiittt Hen!”.
Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Marsya yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…
“Ahhhh… sakittt Hen”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Marsya berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
“Saay lanjut ga? Nih… aku belum apa-apa tau”, tanyaku…
“Iya say lanjut aja… Marsya siap kok”, jawab Marsya.
Lampu hijau nih… aku mulai memasukkan kontolku ke memek Marsya lagi… Marsya sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginanya.
“Say…Gin..ya kee…luarrr”, dan pada saat itu cairan putih itu keluar. Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Marsya. Kontolku masih berada di dalam memek Marsya.
“Kamu belum keluar Say?”, tanya Marsya.
“Belum Say”, jawabku.


Aku meneruskan tusukan ke memek Marsya dan Marsya terus mengerang… suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu.
“Aachh… achhh….achhhhh.achhhhhh..He…nnn… km heee..batt sayyy…”, dan tiba-tiba Marsya mengeluarkan lagi cairan putih. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.
“Kamu belum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam”, pintanya.
“Ok say”, jawabku.
Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Marsya dengan sangat cepat.
“Acchh… achhh… achhhh… achhh”, Marsya mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Marsya.
“Sayyy… aku mau keluar nihhhhh”, ucapku.
“Keluarin di luar ya say jangan didalem”, pinta Marsya.
Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Marsya yang lumayan besar itu.
“Ccroott… crootttt…”, aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.
“Thanks ya Say… kejadian ini ga bakalan aku lupain”, kata Marsya.
“Sama-sama say… aku juga ga akan melupakan kejadian ini.”

Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Marsya pulang kami sempat berciuman dalam mobil pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya. Aku dan Marsya tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya. Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Marsya setiap akhir weekend diisi dengan ML.
Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Marsya dan sekarang aku sudah menetap di Ciparay, aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi hanya Marsya yang telah memberikan pelajaran yang sangat berarti padaku. Selamat tinggal Bandung, Thank you Marsya.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Tuesday, May 28, 2019

Judi Casino Online - Nikmatnya Suami Tetangga Membuat Memekku Basah

Judi Casino Online - Nikmatnya Suami Tetangga Membuat Memekku Basah - Perkenalkan namaku Sintia, ini adalah pengalaman kisahku yang akan aku ceritakan disini. Cerita mesum perselingkuhanku ini bermula ketika aku dan suamiku sudah pindah kerumah kami sendiri. Kami pindah ke sebuah kompleks perumahan yang masih baru dan belum banyak penghuni yang menempatinya..
Judi Casino Terbaik - Di gang rumahku yang terdiri dari 12 rumah baru 2 rumah yang ditempati, yaitu rumahku dan rumah mas Hengki. Rumah mas Hengki hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga lain, jadi mereka cepat sekali akrab dengan suamiku.
Aku dan Winda, istri Hengki seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran. Hampir tiap hari kami saling curhat tentang apa saja, termasuk soal seks. Biasa kami berbincang di teras depan rumah Winda kalau sore sambil Winda menyuapi Aria, anak mereka. Aku kurang “happy” soal urusan ranjang ini dengan suamiku. Bukannya suamiku ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ngecret ya sudah, dia tidak peduli dengan aku lagi. Sehingga aku sangat jarang mencapai kepuasan dengan suamiku. Sebaliknya Winda bercerita kalau dia sangat “happy” dengan kehidupan seksnya. Hengki hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istrinya. Kami saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering aku secara terbuka menyatakan iri pada Winda dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh2 oleh Winda.
Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Terdengar ketukan di pintu sambil memanggil2 nama suamiku.Aku membukakan pintu. “Eh .. Mas. Masuk Mas,” sapaku ramah. Aku baru selesai mandi sehingga tanpa make up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. Aku mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah, tanpa lengan yang memperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus. “Nnng … suamimu mana Sin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Sin dia tugas luar kota. Kapan pulang?” “Iya Mas, kebetulan ada acara promosi, jadi dia harus ikut sampai Minggu baru pulang.
Mas Hengki ada perlu ama suamiku?” “Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria nginep dirumah ibunya.” “Wah kalo cuman main catur ama Sintia aja Mas.” “Emang Sintia bisa catur?” “Eit jangan menghina Mas, biar Sintia cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata ku sambil tersenyum. “Ya bolehlah, aku pengin menjajal Sintia,” katanya dengan nada agak nakal.Aku hanya tersenyum menjawab godaanku. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu. “Sebentar ya Mas, Sintia ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”
Aku melenggang ke ruang tengah. Pas aku melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku kalau lagi main catur, dia sedang menyusun biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa jalan duluan Mas?” “Sintia kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa aku cukup menguasai permainan ini. Beberapa kali langkah ku membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya.
Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua matanya. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling kepadanya dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku membiarkan matanya menjelajahi toketku sehingga aku sama sekali tidak mencoba menutup daster dengan tanganku. “Cckk cckk cckk Sintia memang hebat, aku ngaku kalah deh.” “Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab ku sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Sintia belum puas nih.” kataku rada genit.
Kami main lagi, permainan berjalan lebih seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dengan tangan kananku. Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah nya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk . Jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.
Dia menjulurkan kepalaku dan mencium dahi ku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, “oooohhh …”Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mengkulum lembut bibir ku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku. Aku menyambutnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.
Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia duduk aku sudah memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini hot, bahkan dengan suamiku sekalipun. Dia menciumi sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang telinga ku, sambil sesekali menggigit lembut cupingnya. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan. “Aaahhhh … aaaahhhhh,” aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya.
Tangan kanannya mulai menelusup di balik dasterku dan merayap pelan menuju puncak toket ku yang sebelah kanan. Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tangannya tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah tegak menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku menolehkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tangannya terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit lembut bibirku.
Tangan kirinya digerakkan ke paha kiri ku yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan diarahkannya semakin keatas mendekati pangkal pahaku. Ketika jarinya mulai menyentuh cd ku di sekitar memekku, dia menghentikan gerakanku. Tangan kirinya kembali diturunkan, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan ku dan mulut kami masih saling berpagutan.
Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba memekku yang masih terbalut cd itu. memekku berdenyut lembut . Dengan jari tengah tangan kirinya, dia menekan pelan tepat di tengah memekku. Denyutan itu semakin terasa. “Aaahh … Mas… aahhh .. iya .. iya,” aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku serta menurunkan cdku sampai ke lutut. Serta merta matanya bisa menatap leluasa memekku. Bukitnya menyembul indah, jembutku cukup lebat. Di antara kedua gundukan memekku itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.
Kemudian jari2 tangan kirinya mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Aku bereaksi terhadap belaiannya dengan menciumi leher dan telinga kanannya. Aku semakin erat memeluknya. Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas2 toket ku yang sangat berisi itu. Jari2nya mulai mengusap lembut memekku yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah memekku. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menemukan it ilku yang sangat mungil . Dengan gerakan memutar lembut dia mengusap it ilku. “Ahhhh … iya … Mas .. ahhhh .. ahhhh.” Jari tengahnya ditekan sedikit lebih kuat ke it ilku, sambil digosokkan naik turun. Aku meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku.
Sejenak ia menghentikan gosokan jarinya, dia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki kiriku hingga cdku terlepas dan hanya menggantung di lutut kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan leluasa aku membuka lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh memekku yang sudah sangat licin berlendir itu. Dia menggosok2 it il ku dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung memekku dan digesek keatas kearah it ilku. Aku menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang memekku. “Iya … ahhh … iya .. Mas …”
Aku hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalaku terdongak kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan erat agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka sampai keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih menggantung di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar memekku.
Dia sengaja belum menyentuh bagian dalam memekku. Aku sekarang menggeleng2 kepala ke kiri kanan dengan liar. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai acak2an. “Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.” Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menusukkan jari tengahnya ke dalam memekku yang sudah sangat basah itu. Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan memekku yang cukup sempit itu. Dia tarik perlahan sambil sedikit dibengkokkan keatas sehingga ujung jarinya menggesek lembut dinding atas memekku. Gerakan ini dilakukannya berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Mulutku terbuka lebar. Gerakannya dipercepat dan ditekan lebih dalam lagi. “Aaaaaahhhhhhhhhh.”
Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tangannya makin terjepit kontraksi otot memekku, dan bersamaan dengan itu cairan memektku menyiram jarinya. Aku telah nyampe. Dia tidak menghentikan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek2 yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun memperlambat gerakan jarinya sampai akhirnya dengan sangat perlahan dia cabut dari memekku.
Mata ku masih terpejam rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan pelan dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. “Nikmat Sin?” dengan lembut dia berbisik di telinga ku. “Mas … ah … Sintia belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter … Makasih Mas … Winda sungguh beruntung punya suami Mas.” “Aku yang beruntung Sin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.” “Ah Mas bisa aja … Sintia jadi malu.”
Akhirnya aku sadar akan kondisiku saat itu. Dasterku awut2an, pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, menurunkan dasterku sehingga menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit berdiri. “Sintia mau cuci dulu Mas.” “Aku ikut dong Sin, ntar aku cuciin,” dia menggodaku. “Ihhh Mas genit.” Sambil berkata demikian aku menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata: “Aku copot pakaianku dulu ya Sin, biar nggak basah.” Aku tidak berkata apa2 tetapi mendekatinya dan membantu melepas kancing celananya semantara dia melepaskan kaosnya.
Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tampaknya kontolnya yang besar dan panjang (dibandingkan dengan kontol suamiku yang kecil) sudah menegang. Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah dasterku sampai keatas dan aku mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas. Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang sexy itu. Pentilku sangat kecil bila dibanding ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat agak tua, sungguh kontras dengan warna kulit ku yang begitu putih.
Perut ku sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulku sungguh indah dan pantatku sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahaku sangat mulus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan pergelangan kakiku sangat kecil. “Mas curang … Sintia udah telanjang tapi Mas belum buka cdnya.” Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan melangkah keluar dari cdnya. kontolnya yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak. Besar dan panjang, mengangguk2 saking kerasnya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek ku, dia maju langung memeluk tubuhku erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuh nya tanpa sehelai benangpun yang menghalangi. “Kamu cantik dan seksi sekali Sin.” “Ah Mas ngeledek aja.” “Bener kok Sin.”
Sambil berkata demikian dia merangkul aku lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit air dengan shower ke memekku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan memekku dengan lembut. Aku suka dengan apa yang dia lakukan, aku merapatkan punggungku ke tubuhnya sehingga kontolnya menempel rapat ke pantatku. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan ku dengan sabun. Aku mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku mencuci selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh mulus ku, aku pun beraksi mengelus kontolnya yang semakin menegang itu. Aku
ditelentangkan, kemudian dia melorot mendekati kakiku. Dia mulai menciumi betisku, perlahan keatas ke pahalu yang mulus. Akhirnya mulutnya mulai mendekati pangkal pahaku. “Ahhhhh Mas …. ah .. jangan .. nanti Sintia nggak tahan lagi .. ah.” Sekalipun aku berkata “jangan” namun justru aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutnya itu. “Nikmati saja Sin …. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan suamimu padamu.” Dia meneruskan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir memekku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir memekku. Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung memekku. “Ahhhh …. Mas … aaaaahhh .. please .. please.” Begitu mudahnya kata2ku berubah dari “jangan” menjadi “please”. Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga menyentuh it ilku yang berwarna pink. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berkali2.
Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku serta mengangkat pantatku. Dia segera memegang pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin leluasa menari di it il ku. “Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh.” Hanya itu yang keluar dari mulut ku menggambarkan apa yang sedang kurasakan saat ini. Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke it il ku yang begitu mungil, dia menyedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu. “Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.” Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok it ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang memekku sejauh yang dia bisa. Tubuhku menegang sehingga pantat dan selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram kain sprei. “AAAaaaaahhhhh … maaaaassssssss.”
Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari memekku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke memekku. Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tangannya terbenam kedalam memekku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan memekku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.
Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya perlahan dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. Mataku sedikit terbuka menatapnya mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan. “Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Sintia belum pernah digituin … Mas hebat .. makasih Mas … Sintia hutang banyak ama Mas.” “Sin aku juga sangat senang kok bisa membuat Sintia puas seperti itu” sambil dia mengkecup lembut keningku. Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. kontolnya masih tegang berdiri. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak berapa lama kemudian aku kembali dan langsung berbaring di sampingnya. Mataku menatap lekat ke kontolnya.
“Mas pengin diapain?” tanyaku manja. “Terserah kamu Sin, biasanya ama suamimu gimana dong?” dia coba memancingku. “Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Sintia jarang puas ama dia.” “Oh … terus Sintia penginnya gimana?” “Ya kayak ama Mas tadi, Sintia puas banget. … Sintia pengin cium punya Mas boleh nggak?” “Emang Sintia belum pernah?” “Belum Mas,” agak jengah aku menjawab, “Suamiku nggak pernah mau.” “Ya silahkan kalau Sintia mau.” Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengarahkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang kontolnya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok.
Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama melakukannya. “Ayo Sin ,, aku ngak apa2 kok. Kalau Sintia suka, lakuin apa yang Sintia mau.” Dengan penuh keraguan aku mendekatkan mulutnya ke kepala kontolnya. Pelan2 kubuka bibirku dan memasukkan kepalanya kedalam mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan kiriku. Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditariknya mendekat ke mulutnya. Dia memegang telunjukku kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali dijilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham bahwa dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yang kulakukan.
Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. kontolnya kumasukkan kedalam mulutku, kemudian kepala kuangguk2kan sehingga kontolnya tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di sekeliling kepala kontolnya dalam mulutku. Sepertinya aku sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Kadang kukeluarkan kontolnya dari mulutku, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Sesekali aku hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batangnya. “Gimana Sin rasanya?” “Mas… Sintia merasakan rangsangan yang luar biasa, kontolnya Mas enak .. Sintia suka, besar – panjang lagi.” Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana.
Aku duduk bersimpuh dihadapannya dan kembali menghisap kontolnya. Kepala tetap kugerakkan maju mundur. Dan sekarang aku menemukan cara baru. Aku menjepit batang kontolnya diantara kedua bibirku yang terkatup. Kemudian aku mengangguk2kan kepalaku. Batang dan kepala kontolnya aku gesek dengan bibir tebalku yang terkatup. Dia membantu dengan menggerakkan pantatnya maju mundur. “Ohhh Sin …. mulutmu enak sekali … terus Sin.” “Mas suka? Winda sering ya giniin Mas ?” “Iya Sin …tapi aku lebih suka kamu … bibirmu seksi sekali .. ooohhh Sin .. Winda juga suka .. isep bijiku dan jilati semuanya Sin .. ohhh.” Aku nggak mau kalah, segera kulepaskan kontolnya dari mulutku dan mulai menjilati dan menghisap bijinya sambil mengocok kontolnya. Dia membelai rambut ku dan mengusap kepalaku. Aku suka sekali dan masih terus menggerayangi seluruh selangkangannya dengan lidahku.
Kemudian kami berganti posisi. Dia kembali tidur telentang dan aku dimintanya merangkak diatasnya dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69. Aku segera mengulum kontolnya, dia pun mulai menjilati memekku. Dengan posisi ini memekkusangat terbuka dihadapannya dan dia lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahnya. Dia menjilat dan hisap it il ku yang sudah menantang dan jarinya mengorek memekku. Sesekali dia menciumi bibir memekku yang begitu merangsang. Akupun tak mau kalah, aku melakukan segala cara yang aku tahu terhadap kontolnya. Aku mainkan pakai lidah, kukocok sambil kuhisap, kumainkan kepala kontolnya- mengitari dengan kedua bibirku. Sungguh nikmat sekali. Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa aku sudah tidak bisa menahan lagi. Pantatku mulai bergoyang limbung kegelian, namun dia menjilati terus it ilku sambil jarinya menusuk2 memekku. Akhirnya aku sampai juga di puncak nikmatku. Tubuhku menegang, gerakan anggukan kepalaku sambil menghisap kontolnya semakin menggila. Tubuhku gemetaran tapi aku tetap tak rela melepas kontolnya dari mulutku. Dia semakin giat mencium it ilku dan mengorek memekku dengan jarinya.
Tubuhku tiba2 mematung dan dia merasakan cairan hangat meleleh keluar dari memekku. Dia langsung menutup memekku dengan mulutnya dan membiarkan cairan kenikmatanku membasahi lidahnya. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis sehingga dia tak ragu menelan cairan itu sampai tandas. Kemudian perlahan dia mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan memekku. Otot ku sudah agak mengendur juga. Aku mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahku ke kontolnya. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, aku mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahiku. Dia menangkupkan kedua tangannya ke bukit pantat ku dan mulai membelai dan meremas lembut. Aku menanggapinya dengan sedotan panjang di kontolnya. Lidahnya kembali menelusuri segala penjuru selangkangan ku. Beberapa saat kemudian tubuh ku kembali gemetaran. Dia mencium bibir memekku dan menyorongkan lidahnya sedalam mungkin ke dalam memekku yang merangsang. Dia juga mulai merasa kalau pertahanannya mulai goyah dan bendungannya akan segera ambrol.
Aku mempercepat gerakan kepalaku dan diapun menghisap makin kuat memekku. Dia akhirnya sudah tak kuat menahan amarah pejunya dan …”Croooottsss crooots croots.” Peju hangatnya menyembur didalam mulut ku. Untuk sedetik aku agak kaget tapi aku cepat tanggap. Aku segera mempercepat gerakan kepalaku sambil menelan seluruh pejunya. “Croots .. croots.” Sisa pejunya kembali menyembur, dan kali ini aku menyambutnya dengan hisapan kuat di kontolnya, seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa didalam sana. Dia merasakan nikmat yang luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini dia lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot memekku sehingga aku juga sudah hampir mencapai klimaks. Belaian lidahnya di memekku membuat puncak itu semakin cepat tercapai. Akhirnya sekali lagi tubuh ku menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari memekku. Lidahnya kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera ditelannya.
Beberapa saat kemudian, dengan enggan aku bangkit dan berbaring telentang disampingnya. kontolnya, walaupun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Aku memeluknya dengan manja dan kami berciuman dengan mesra. “Sin … gimana? .. puas? … sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu.” “Sintia puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho …. Sintia suka peju Mas … asin2 gimana gitu. Kapan2 boleh minta lagi dong Mas.” Aku mulai berani mengungkapkan apa yang kurasakan. “Boleh aja Sin ,,, asal disisain buat Winda .. hehehe,” Aku mencubit genit lengannya. “Ihhh … Mas … paling bisa deh … emang Mas sering gaya gituan dengan Winda?” “Enggak lah … ini baru pertama dengan kamu Sin.” “Ah Mas bohong ..
Winda kan sering cerita ke Sintia, katanya Mas pinter ngeseks. Makanya diam2 Sintia pengin main ama Mas.” “Udah kesampian kan keinginanmu Sin.” “Iya sih … tapi Mas jangan marah ya … Sintia sering bayangin kita main bertiga dengan Winda .. Mas mau nggak?” Dia kaget mendengar keinginan ku ini. Jujur saja aku sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan dia dan Winda sekaligus. “Mau sih Sin .. tapi kan nggak mungkin … Winda pasti marah besar.” “Iya ya … Winda kan orangnya agak alim.” Kami terus berbincang hal2 demikian sampai kira2 10 menit. Kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Dia jadi semakin mengagumi tubuh ku. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhku dan semuanya padat berisi.
Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman dia mulai menggerayangi tubuh molek ku, tak bosan2nya dia meremas dan mengusap toketku yang sangat segar itu. Perlahan dia mulai menghujani leher dan pundak ku dengan ciuman. Tak sampai disitu saja, mulutnya mulai mengarah ke dadaku. Toketku yang tegak mulai diciumi dan digigit2 lembut. Aku sangat menyukai apa yang dia lakukan. “Ahhhh … iya Mas …. disitu Mas … ahhhhh Sintia terangsang Mas.” Lidahnya menjilati pentilku yang mungil dan keras itu. Aku semakin menggelinjang.
Tanganku menyusup ke bawah ke selangkangannya. Kupegang kontolnya yang masih agak lemas. Kumainkan kontolnya dengan jari2ku yang lentik. Mau tak mau kontolnya mulai hidup kembali. Aku dengan lembut mengocok kontolnya. Sambil masih mengulum pentilku, tangan kanannya kembali bergerilya di daerah memekku. Jarinya dirapatkan dan ditekan ke bukit memekku sembari digerakkan memutar. Aku juga menimpali dengan menggoyangkan pantatku dengan gerakan memutar yang seirama. “Mas …. aaahhhh Mas …. enak Mas … ahhh terus … iya.” Sambil mendesah aku menarik pantatnya mendekat ke kepalaku. Akhirnya dia terpaksa melepaskan hisapannya di pentilku dan duduk berlutut di sisiku.
Aku terus menekan pantatnya sampai akhirnya mulutku mencapai kontolnya yang sudah tegak menantang. Tangan kirinya ditempatkan dibelakang kepalaku untuk menyangga kepalaku yang agak terangkat. kontolnya kembali kukulum dan kujilati. “Oooh Sin … enak Sin … aku suka Sin …” Diapun menggerakkan pantatnya maju mundur. Aku membuka lebar mulutku dan menjulurkan lidahku sehingga kontolnya meluncur masuk keluar mulutku tergesek lidahku. Sementara itu tangan kanannya terus menekan dan memutari memekku. Kadang jarinya diselipkan ke celah memekku dan mengusap it il ku. “Ahhh Mas … Sintia nggak tahan Mas … ahhhhh .. iya …aaahhhh.”
Dia segera merubah posisi. Kedua tangan ku diletakkan di belakang lututku dan membuka kedua lututku.Dia mengangkat pahaku sehingga memekku menganga menghadap ke atas. Aku menahan dengan kedua tangan di belakang lututku. Dia duduk bersimpuh di hadapan memekku. kontolnya diarahkannya ke memekku yang sudah menganga itu. Dia menusukan kepala kontolnya ke memekku dan dia tahan disana. Kemudian dengan tangan kanannya digerakkannya kontolnya memutari mulut memekku. “Maassss .. ahhhhh … nggak tahan … ayo … ahhhhhh.” Dia sengaja tidak mau terlalu cepat menusukkan kontolnya ke memekku. Dia menggesek2an kepala kontolnya ke it il ku. Aku semakin menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul ku bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari saja aku tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dengan kepala kontolnya, tentu rangsangannya lebih dahsyat. “Aaaahhhhhhhhhhhhhh..ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari memekku. Aku kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di itilku.
Kali ini dia memasukkan batang kontolnya seluruhnya kedalam memekku. Dia berbaring telungkup diatas tubuh molek ku sambil menumpukan berat badannya di kedua sikunya. Dia mencium lembut mulutku yang masih terbuka sedikit. Aku membalas ciumannya dan mengulum bibirnya. Dia membiarkan kontolnya terbenam dalam memekku. Dia berbisik : “Sin … nikmat ya …” “Oh Mas … Sintia sampai nggak tahan … nikmat Mas ..” Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut dia mulai memompa batang kontolnya ke dalam memekku yang sudah basah kuyup. Dia tahu aku pasti bisa orgasme lagi dan kali ini dia ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kontolnya. “Ayo Sin ….nikmati lagi … jangan ditahan .. aku akan pelan2.”
“Ahhhh .. iya Mas …. Sintia pengin lagi ..ahhhhh.” Masih dengan sangat pelan dia memompa terus kontolnya ke memekku yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun. Toketku yang menyembul tegak menggesek2 dadanya ketika dia turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja dia menggesekkan dadanya ke toketku. “Aaaahhhhh … ahhhhhhh … iya … ahhhhh .. Sintia terangsang lagi Mas …iya …. .” Kali ini dia memompa sedikit lebih kuat dan cepat. Aku menanggapinya dengan memutar pantatku sehingga kontolnya rasanya seperti di peras2 dalam memekku.
Gerakkan ku semakin liar, tanganku sudah tidak lagi menahan lututku tapi memegang pantatnya dan menekannya dengan keras ke tubuhku. “Aaaaahhhhhh …. Mas ….. aaaahhhhhhh” Dia semakin kencang dan dalam memompa pantatnya. Mata ku sudah terpejam rapat, kepalaku menggeleng2 liar ke kiri ke kanan seperti yang kulakukan di sofa tadi. Gerakanku semakin ganas dan “Aaaaaaaaa.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ………” Aku melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhku. Dia menekan dalam2 kontolnya ke memekku. Jelas dia merasakan aliran hangat di sekujur batang kontolnya. Tubuh ku masih terbujur kaku. Dia pun menghentikan seluruh gerakannya sambil terus menekan memekku dengan kontolnya. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Dia memberi kesempatan kepada ku untuk menikmati klimaks yang barusan aku dapat.
Akhirnya badan ku mulai mengendur. Tanganku membelai lembut kapalanya. Bibirku mencari bibirnya untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang. “Mas …. Sintia sungguh nikmat …. Mas jago deh … Mas belum keluar ya?” “Jangan pikirkan aku Sin …. yang penting Sintia bisa menikmati kepuasan.” Kemudian dengan lambat dia mulai memompa lagi. memekku menjadi sangat licin. Selama beberapa saat dia terus memompa lambat2. “Aaaahhhhhh … iya .. iya …. Mas …. Sintia mau lagi .. iya … ahhhh”. Aku kembali memutar pantatku mengiringi irama pompaannya. Aku mulai mendesah2 penuh kenikmatan. Dia mencabut kontolnya dari memekku. Dia lalu berbaring telentang di sebelahku. “Kamu diatas Sin.” Aku segera berjongkok diatas selangkangannya. Dia mengarahkan kepala kontolnya ke memekku. Aku kemudian duduk diatas tubuhnya dan bertumpu pada kedua lututku. Pantatku mulai bergerak maju mundur. “Ayo Sin … kamu sekarang yang atur .. ohhh iya nikmat Sin.” Aku semakin bersemangat memajumundurkan pantatku.
Kedua toketku berguncang indah dihadapannya. Secara reflek kedua tangannya meremas toketku. Tangan kuletakkan dibelakang pantatku sehingga tubuhku agak meliuk kebelakang membuat dadaku semakin membusung. “Ohhh Sin … toketmu sexy sekali … terus Sin … ohhhh … lebih keras Sin.” “Aaaaahhhh Mas … Sintia sudah mau sampai lagi … ahhhhh ahhhhhh Mas” “Ayo Sin …. terus Sin … cepat …. ohhhhh iya .. iya Sin … memekmu enak sekali.” “Mas .. ahhhh … Sintia nggak tahan … puasi Sintia lagi mas .. ahhhh.” Gerakan pantat ku semakin cepat dan semakin cepat. Dia merasa kontolnya tergesek2 dinding memekku yang sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga dia mencoba menahan agar dia tidak ngecret tapi pertahanannya semakin rapuh. “Sin … oooohhhh Sin …. aku nggak tahan … ohhh Sin …. enak ..enak.” “Ahhhh … ayo .. Mas …..
Sintia juga udah nggak tahan … sekarang mas ..ahhh sekarang.” Tepat pada detik itu bendungannya ambrol tak mampu menahan terjangan pejunya yang menyemprot kuat. “Oooooooohhhhhhh Sin ….. crooots crooots croots” “Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas …. ahhhhhhhhhhh ..” Kami mencapai puncak kenikmatan bersama. kontolnya terasa hangat dimemekku. Aku masih duduk diatasnya tapi sudah kaku tak bergerak. memek kuhunjamkan dalam melahap seluruh batang kontolnya. “Oooohhh Sin …. nikmat sekali .. makasih Sin .. kamu pinter membuat aku puas.” Dia menggapai tubuh ku dan ditarik menelungkup diatas tubuhnya. Toketku yang masih keras menghimpit dadanya. Dia menciumi seluruh wajahku yang ditetesi keringat. “Mas … ahhhhh … Sintia sungguh puas Mas … ” Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.
Hari sudah beranjak malam. “Mas Sintia laper”. “Ya udah, kita mandi dulu, terus baru cari makan malem”. Dikamar mandi, kita saling menyabuni. kontolnya ngaceng lagi, kukocok2 kontolnya pelan2. “Mas kontolnya besar banget sih”. Aku mulai berani bicara vulgar kepadanya, sudah tidak sungkan lagi. Selesai mandi, aku memakai kaos oblong merah dengan celana gombrang khaki.
Kemudian aku pergi dengannya ke warung didepan komplex untuk cari makan malam. Selesai makan malam, kita kembali kerumah lagi. Aku memutar film biru yang baru dipinjam suamiku. Suamiku memang hobi nonton film begituan. Dengan 2 bantal besar diatas karpet tebal kami berdua duduk berdampingan sambil nonton film. Permainan panas di film itu membuat aku mulai bergerak menempel kebadannya dan kemudian rebah diatas pahanya. Dia mengulum bibirku dengan lembut sambil tangannya mulai bergerak dengan sentuhan halus ke toketku yang tanpa bra itu. Aku menggelinjang saat dia mulai agresif memainkan pentilku.
“Ayo mas..gesek lagi ya..!” pintaku bernafsu. Aku mencium dan menjilati jari-jarinya. Kemudian dia melepaskan tangannya dari ciumanku dan kembali meremas toketku dari balik kaosku. Dipilinnya pentilku secara bergantian. Aku makin menggeliat karena napsuku sudah memuncak. Tangannya kutarik menjauh dari toketku. Kubawa ke arah perutku. Segera dia mengilik2 puserku sampai aku menggeliat kegelian, “Mas geli”. Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan karet celana gombrongku. Tangannya berusaha merayap terus ke bawah menyelip kedalam cdku sampai menyentuh jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal target belum tercapai.
Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan memekku. memekku sudah basah, sehingga jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan it ilku yang sudah mengeras. Dia lalu memainkan jari tengahnya. Pinggulku mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang. “Mas, lepasin pakean Sintia, mas, semuanya”, pintaku. Segera dia mengangkat kaosku keatas, aku mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia membuka kaosku. Kemudian dia menarik celana gombrangku bersama cdku, aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepasnya. Setelah aku berbugil ria, segera diapun melepas semua yang menempel dibadannya.
kontol besarnya sudah tegak dengan kerasnya. Dia berbaring dengan 2 bantal susun dipunggungnya. Aku menunduk mengulum kepala kontolnya. Hanya sebentar karena dia menyuruhku menduduki kontolnya dengan posisi membelakangi dia. Aku mulai bergerak pelan memaju-mundur pantatku untuk menggesekkan memekku ke kontolnya. Tangannya dari belakang mulai beraksi memijit-mijit toketku.
Aku menjadi sangat liar, menggeliat sambil tak henti-hentinya mendesah kenikmatan. Gerakan dan sentakanku makin cepat dan keras sampai suatu saat kuundurkan pantatku agak kebelakang dan kontolnya lepas dari jepitan bibir memekku. kontolnya yang agak terangkat sudah berhadapan dengan bibir memekku yang basah itu dan….bleeessss..kepala dan separuh kontolnya yang tegang keras itu amblas kedalam memekku. “Maas”, seruku. “Kenapa Sin, sakit”, tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepala, bukannya sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya memekku kemasukan kontolnya yang besar banget itu. memekku berdenyut mencengkeram kontolnya, giliran dia yang mendesis, “Sin, nikmat banget memekmu, bisa ngemut kontolku”. Dia membalikkan badanku dan sehingga aku terlentang diatas karpet. Dia menundukkan mukanya dan mengulum bibirku sambil menggeser badannya keatas.
Dengan pelan ditusukkannya kontolnya kememekku. Diteruskannya dorongannya dan kepala kontolnya mulai memaksa menerobos masuk keliang memekku. “Ouuhh..” kembali aku melenguh. Dikocoknya kontolnya pelan sehingga kian dalam memasuki memekku. Pelan tapi pasti dan akhirnya kurasakan seluruh memekku penuh terisi kontolnya. memekku yang sudah basah itu masih terasa sempit buatnya, “Sin, sudah basah gini masih sempit aja memekmu, nikmat banget deh, mana terasa banget empotannya. Terus diempot ya Sin”.
Dihunjamkannya lagi kontolnya, walau terasa sangat sesak tapi nikmat, “Ooohhh…” aku mulai menggeliat, kaki kuangkat, melingkar kepahanya sementara kepalaku terangkat, mendongak kebelakang dengan mataku membelalak. Tangannya bereaksi cepat, toketku diremas pelan sembari pentilnya dipijit, membuat aku makin menggila, berdesah panjang kenikmatan, “uhhh, peluk Sintia mas”. Dirapatkannya badannya kebadanku dan aku merangkul ketat punggungnya. Goyangan pantatnya turun naik makin cepat sehingga bersuara “plook..ploook” karena begitu banyak cairan yang mengalir dari memekku.
Dia kemudian mengganti posisi. Aku disuruh nungging pada sandaran sofa dengan posisi pantat sedikit terangkat, kaki mengangkang. Digesekkannya kepala kontolnya ke bibir memeknya beberapa saat, baru dihunjamkannya pelan. Doggy Style ! “Maas”, erangku ketika kepala kontolnya mulai menekan dan menerobos masuk ke liang memekku. Baru setengah kontolnya masuk, “Aaauuhhh….” mataku terbelalak saking nikmatnya.
Kemudian dia mulai mengocok kontolnya keluar masuk memekku. Aku kembali mengelinjang, menahan enjotan pantatnya. Terasa kontolnya makin keras dan kepalanya makin membesar karena gesekan di dinding memekku. “Ooohhh..oooohhhh” gumamku, karena dia mempercepat enjotannya. Tiba-tiba dia menahan gerakan pantatnya, ditariknya keluar sehingga hanya sebagian kontolnya yang masih terbenam lalu disentakkannya cepat dengan gerakan pendek, kemudian ditekannya rapat kepantatku hingga semua kontolnya tertanam dalam memekku, lalu dibuatnya gerakan memutar.
Otomatis kepala kontolnya berputar bak bor mengesek ketat dinding memekku. “Uuaahhh….terus mas…enaaakkk!” desahku. Tidak puas hanya menikmati putaran “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke belakang dan… “uuhhh..uuuhhh” kami berdua sama-sama mengerang nikmat. Selang lebih dari 20 menit kami berpacu dengan posisi demikian, aku makin keblingsatan dengan erangan-erangan tak keruan. Dia tahu kalau aku sudah akan nyampe.
Aku ditelantangkan diatas sofa dengan kaki kiri menjuntai lantai dan kaki kanan bergantung pada sandaran sofa. Paha ku terbuka lebar dan bibir memek ku sedikit membuka setelah disodok kontolnya sejak tadi. Kini dia mulai membungkuk diatas badanku dan dengan tangan kiri menopang badannya, tangan kanannya menuntun kontolnya kearah bibir memekku.
“Ayo..masukin mas..!” pintaku. Kepala kontolnya mulai menghunjam. “Aaahhhh..!” erangku saat seluruh kontolnya disodok masuk dan mulai dikocok turun naik langsung dengan frekuensi tinggi dan cepat. “Ah..ah..ah..ah.” aku tiada hentinya melenguh, badanku menggeliat dengan kepala sebentar naik sebentar turun menahan geli dan nikmat yang amat sangat.
Dia terus mengocok dengan kecepatan tinggi dan menggila. Kenikmatanku sudah memuncak. “Auuuh..m..m..” tanganku melingkar ketat dipunggungnya dengan paha dan kakiku ikut membelitnya. “Tahan dikit Sin..!” bisiknya dikupingku sambil mempercepat sodokannya. “Aaaahhhhhhh..!” aku menjerit panjang, kukuku serasa menembus kulit punggungnya, mengiringi puncak kenikmatanku. Berbarengan dengan lenguhan panjang, dia menyodok keras kontolnya ke memekku diimbangi dengan goyangan kencang pantatku yang berusaha mengapung keatas, .
Otot-otot bibir memekku serasa berdenyut-denyut seperti meremas-remas kontolnya. Crreeeettt…pejunya ngecret didalem memekku, hangat, membuat aku merem melek sejenak. Kami berdua sama-sama nyampe. “Oh Sin, puas sekali ngentot denganmu..!” desahnya. Kami masih berpelukan sebentar dengan kontolnya masih terbenam di memekku, berciuman.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co

Monday, May 27, 2019

Judi Casino Terpercaya - Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

Judi Casino Terpercaya - Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal - Ayahku adalah orang yang sering bepergian ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.
Judi Casino Online - Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya ibuku bernama tante susi. tante susi saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak dari pada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan.
Tante Susi adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik mamaku. Wajah tante susi tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. tante susi sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gosip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante susi keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante susi. Ibu bercerita bahwa tante susi itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante susi sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman.
Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante susi menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. “Diki kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante susi. “Kalo ke Bandung sih Diki malas, tante. Kalo ke Singapore Diki mau ikut.” jawabku santai. “Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante susi. Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”. “Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Diki mau ngga temenin tante?”. “Emang tante mau makan di mana?” “Tante sih mikir Pizza Hut.” “Males ah ogut kalo Pizza Hut.” “Trus Diki maunya pengen makan apa?” “Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.” “Oke deh. Mau cabut jam berapa?” “Entaran aja tante. Diki masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.” Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante susi mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante susi putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam.
Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante susi suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante susi bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante susi semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante susi berkata, “Diki, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”. “Huh? Mana enak?” tanyaku. “Mau tante kitik kuping Diki?” tante susi menawarkan/ “Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi. “Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante susi. “Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan. “Alahh sok bersihan kamu Diki. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante susi. “Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante susi.
Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku. “Diki, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante. “Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. “Udah jam 7 lewat Diki. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku. “Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.” “Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.” “Oke oke, kasih Diki lima menit lagi deh tante.” mintaku. “Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.” Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante susi sedang membenarkan posisi roknya kembali.
Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante susi tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante susi , begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. “Nih kamu yang setir mobil tante dong.” “Ogah ah, Diki cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante susi membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. “Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante susi. “No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku. “Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante susi sambil tertawa kemenangan.
Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. tante susi seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, Aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante susi tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante susi mengajakku mampir ke rumahnya.
tante susi tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante susi sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante susi , yang tante susi tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante susi lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante susi. Jadi aku bisa maklum apabila tante susi sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. “Anggap rumah sendiri Diki.
Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.” “Kalo begitu, Diki mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel. “Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante susi. “Tapi Diki dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri. “Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.
Tiba-tiba suara tante susi menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. “Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante susi memecahkan suasana hening sebelumnya. “Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum. “Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal.
Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante susi tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. tante susi ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. “Ok deh. Kalo begitu Diki mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku. “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante susi yang tinggal sendiri di apartemen itu.
Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante susi sudah ingin tidur. “Kita main UNO yuk?!” ajak tante susi. “Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran. “Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante susi. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante susi. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. tante susi masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman.
tante susi membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas.
Melihat kejadian ini, tante susi menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. “Tante, anterin Diki pulang yah. Kepala ogut rada berat.” “Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante susi. Aku merasa tante susi berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante susi minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante susi mulai terlihat lebih beranilagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua.
Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante susi ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante susi sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin beranimenanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante susi , dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku.
Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante susi menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi.
Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante susi jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berani. tante susi mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante susi. “Yee, tante menang lagi.
Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante susi dengan senyum kemenangan. “Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. tante susi kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira. “Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante susi bugil juga.
Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante susi melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante susi. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. “Straight … Diki … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante susi girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam.
Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. “Diki Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Diki junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya.
Aku kaget sambil tersenyum malu. “Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante susi girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. “Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante susi sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante susi kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante susi membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. “Mari kita bergembira malam ini.
Minum sepuas-puasnya.” ucap tante susi. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante susi melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante susi hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja.
Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante susi mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Cerita Hot Gairah tante susi Plus Anal Sex diMuka tante susi sedikit memerah. Kulihat tante susi sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante susi. “Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. tante susi kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Diki tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante susi melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot.
Benar apa kata tante susi , aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante susi sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. “Aih Diki, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante susi. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante susi lagi.
Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante susi meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja.
tante susi hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante susi untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante susi akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.
Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante susi. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante susi. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante susi mencegahnya. “Tunggu Diki. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Diki dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante susi.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante susi terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya. “Tante dare Diki untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante susi. “Ahh, yang bener tante?” tanyaku. “Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante susi. “Bukan karena itu. Tapi … Diki belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu. “Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Diki.” kata tante susi. Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante susi. tante susi kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante susi. tante susi diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante susi. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.
Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante susi. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante susi. tante susi dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante susi , dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante susi.
Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. tante susi seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante susi pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. “Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante susi. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya.
Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. tante susi menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. “Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Diki bosan ama tante.” candanya. “Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku. “Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante susi kemudian terputus. Kalimat tante susi ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante susi malam itu.
Aku semakin beranidan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante susi sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. “Diki menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante susi sambil menggoda. “Hmm … apa yah.” pikirku sejenak. “Gini aja,
Diki pengen emut-emut susu tante susi.” jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante susi tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Diki.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. tante susi hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante susi. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante susi dengan lembut.
Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante susi , memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante susi. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante susi dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante susi. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante susi perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya.
Kini aku bisa memastikan bahwa tante susi saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Dikiii … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante susi dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante susi , tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. tante susi tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante susi perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante susi tidak menahan/menolak, bahkan tante susi hanya pasrah saja.
Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante susi. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante susi , dan oh my, wangi betul leher tante susi. tante susi memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante susi , dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante susi. Tanganku tidak tinggal diam.
Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante susi , sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante susi. Tubuh tante susi seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante susi tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante susi memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante susi saat itu, namun tante susi tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante susi mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante susi dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya.
Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante susi berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante susi mulai basah dan licin. “Diki … kamu yah … aaahhhh … kok beraniama tante?” tanya tante susi terengah-engah. “Kan tante yang suruh tangan Diki ke sini?” jawabku. “Masa sihhh … tante lupa … aahhh Diki … Diki … kamu kok nakal?” tanya tante susi lagi. “Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante susi. “Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante susi mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante susi , dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante susi menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja.
Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante susi bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante susi tidak sakit buatku. “Diki … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante susi. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante susi lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante susi , tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante susi. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante susi. Dengan lembutnya tante susi berkata, “Diki, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelum gairah tante habis. Tuh liat kontol Diki dah tegak kayak besi.
Sini tante pegang apa dah panas.”. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante susi , dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante susi. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante susi yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana. “Uhhh … ohhh … Dikiii … ahhh …” desah tante susi. Aku coba mengocok-kocok memek tante susi dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku.
tante susi terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. “Dikiii … Dikiii … aduhhh Dikiii … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante susi. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante susi , tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante susi , sehingga aku berhenti sejenak. “Dikiii … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante susi. “Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius. “Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang.
Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante susi. “Beres tante.” jawabku. “Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante susi genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante susi semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. tante susi pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante susi 20 menit lama-nya.
Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja. “Dikiii … ampunnn Dikiii … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante susi. “Tante … Dikiii dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante susi semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante susi , dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi.
Posisiku tetap di atas tubuh tante susi. Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante susi. tante susi sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. “Dikiii … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante susi sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante susi telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante susi agar spermaku dilepas keluar dari memek tante susi. “Tante … Dikiiis datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante susi , dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante susi. Saking kencangnya,
Semburan spermaku sampai di dada dan leher tante susi. “Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku. “Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante susi. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante susi. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante susi. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante susi.
Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. tante susi kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. “Diki puas ngga?” tanya tante susi. “Bukan puas lagi tante … tapi Diki seperti baru saja masuk ke surga” jawabku. “Emang memek tante surga yah?” canda tante susi. “Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri. “Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran. “Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya.
Diapain emang ama Diki?” tanya tante susi manja. “Anuu … Diki kasih si Diki Junior … tuh tante liat jembut Diki banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku. “Idihhh … mana mungkin …” bela tante susi sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo. “Diki sering-sering datang ke rumah tante aja.
Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante susi. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante susi. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante susi, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante susi tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. tante susi senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri.
Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). tante susi sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante susi seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.
tante susi paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante susi lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya.
Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante susi. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante susi menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante susi bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. tante susi sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante susi. Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante susi.
Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. tante susi sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante susi sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante susi, namun tante susi seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante susi tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.

Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co