Bandar Casino Terbaik - Oh Nikmatnya Memek dan Susu Tante Laras - Selama aku masih menganggur, aku sering ke rumah Tanteku Laras. Selama
di sana aku membantu membersihkan halaman dan mengatur perkakas rumah.
Maklum tanteku itu hidup sendirian. Untuk urusan angkat-mengangkat ia
tidak sanggup. Suatu sore setelah aku menggeser pot di halaman agar
kelihatan rapi, aku mau ke kamar mandi, mau cuci tangan dan buang air.
Bandar Casino Terpercaya - Toilet Tante Laras ada di dalam kamarnya, sehingga kalau mau ke kamar
mandi harus ke kamarnya dulu. Tanpa ragu-ragu kubuka kamar yang tidak
terkunci itu untuk menuju kamar mandi. Begitu kubuka pintu kamarnya aku
kaget, kulihat Tante Laras baru saja selesai mengeringkan badannya
dengan handuk sehabis mandi.
Saat kubuka pintu tadi, Tante Laras
sedang dalam keadaan telanjang membelakangiku. Tante Laras rupanya tidak
menyadari kalau aku sedang memperhatikan pinggul dan bokongnya dengan
gemetar. Beberapa menit kemudian kututup kembali pintunya, dengan
perasaan yang galau dan takut karena memasuki kamarnya tanpa mengetuk
pintu terlebih dulu.
Malamnya aku tidak bisa tidur, kemaluanku
berdiri terus. Aku keluar dari kamar, rupanya Tante Laras sedang nonton
TV sendirian. Aku mau menegurnya tapi tunggu dulu, Tante Laras sedang
memakai pakaian yang merangsang, pahanya yang putih tersingkap,
sementara tangan kanannya rupanya sedang mengelus kemaluannya sendiri.
Aku diam-diam duduk agak di belakang posisi duduknya sambil
memperhatikan tingkahnya tersebut dengan sedikit was-was. Akhirnya
dengan perasaan yang makin kacau aku kembali ke kamar. Kemaluanku yang
makin tegang akhirnya kukeluarkan juga, sambil kuelus-elus.
Beberapa menit kemudian kejantananku sudah sedemikian kencang dan terasa ingin keluar.
Tiba-tiba terdengar suara Tante Laras, “Kenapa Tok, kepanasan ya?”
“Eh.. iya Tante,” jawabku terbata-bata.
“Kamu kenapa?” tanyanya tanpa melihat ke arah kemaluanku.
Aku penasaran dan dengan memberanikan diri, kubiarkan terus kemaluanku tergerai di luar celana dalamku.
“Nggak tahu nih Tante, ini tegang terus,” sambil kutunjukkan kemaluanku.
Tante
Laras melihatnya sekilas dengan tenang. Tante Laras terus masuk ke
kamarku tanpa mempedulikan lagi kejantananku yang menantang.
“Tok, tolongin Tante dong, kelilipan nih..” sambil mengucek-ngucek matanya.
Aku berdiri dan kuhampiri, instingku mengatakan bahwa ini adalah isyarat saja agar aku mendekatinya.
Pikiranku
sudah sangat jorok. Kuhampiri Tante Laras, senjataku yang sudah siap
tempur mengarah lurus ke depan menuju perutnya. Lalu kupeluk Tante
Laras, batang kemaluanku terjepit di perutnya, tanganku meremas ke arah
payudaranya. Rupanya Tante Laras tidak memakai BH. Aku semakin berani,
kusingkapkan dasternya, kugapai payudaranya dengan penuh nafsu. Tante
Laras diam saja. Tenang saja dia. Kuciumi lehernya dari belakang,
payudaranya masih kencang.
Beberapa saat kemudian payudaranya
makin keras dan putingnya makin menantang. Nafas Tante Laras sudah mulai
mendesah-desah tanda dia mulai terangsang. Kubuka dasternya, kulihat
tubuhnya yang putih mulus. Kulepas celana dalamnya, bulu kemaluannya
lebat di atas kulitnya yang putih. Tanpa kusadari kami sudah saling
berpelukan tanpa dibatasi selembar benangpun. Tante Laras sudah membalas
ciumanku dengan buasnya. Tubuhku semuanya diciumi, sampai ke bawah,
terus ke perut, terus ke bawah lagi dan sampailah ke arah kemaluanku
yang sudah ia genggam sejak tadi, barangkali takut kusembunyikan. Aku
mengambil posisi duduk di pinggir tempat tidur, sementara dengan gerakan
yang berpengalaman ia mulai mengulum dan menjilati kejantananku sambil
tangannya mengocok dengan lembut.
Aku merasa nikmat yang luar
biasa, bersamaan dengan itu keluarlah maniku, sebagian menyemprot ke
hidungnya yang mungil. Tante Laras masih mengocok-ngocok sambil
meremas-remas kemaluanku, sehingga tuntas sudah sperma yang kukeluarkan
tadi. Tante Laras kelihatan puas. Apalagi aku, seribu kali puas. Tante
Laras masih terus mempermainkan kemaluanku yang sudah tidak sekeras tadi
meskipun belum juga menyusut. Tante Laras terus mempermainkan
kemaluanku. “Kontol kamu bagus To, besar lagi.” Aku tidak menjawab,
hanya tersenyum manja. Oleh kelihaian tangannya, segera kurasakan
kembali rasa nikmat seperti saat ngaceng tadi. “To, kontolmu sudah
ngaceng lagi. Masukin ke gawukku yuk.” Lalu Tante Laras mengambil posisi
terlentang di sebelahku, mani yang menempel di wajahnya sudah
dibersihkan dengan bantal.
Tanpa diperintah lagi, aku mengambil
posisi sebaliknya. Kuarahkan kemaluanku ke liang senggamanya yang merah
merekah, dibimbingnya batang kejantananku dengan tangannya,
digosok-gosokkan kepala kemaluanku di atas liang senggamanya yang sudah
basah ke arah atas dan bawah kemaluannya. Kemudian diarahkan tepat di
depan gerbang kemaluannya. Sekali lagi tanpa diperintah dan hanya
berdasarkan naluri saja kutusukkan seluruh batang kemaluanku ke dalam
liang sorganya. Liang senggamanya terasa sempit, dan dindingnya terus
memijit-mijit kemaluanku yang semakin mengeras di dalam goa nikmatnya.
Kudengar ia menjerit-jerit kecil menikmati gesekan kemaluanku dengan
sempurna. Tanpa kusadari bokongku sudah naik turun yang mengakibatkan
batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. (Barangkali pembaca
belum kuceritakan bahwa sakalipun aku belum pernah main perempuan,
dengan Tante Laras ini, baru pertama kalinya aku melakukan sendiri apa
yang dinamakan senggama, seperti yang pernah kulihat di film biru)
Tidak
lama kemudian nafas Tante Laras semakin cepat, bersamaan dengan itu ia
semakin kencang menaikkan pinggulnya sehingga liang kenikmatannya
meremas-remas mesra batang kejantananku. Aku merasakan nikmat yang luar
biasa. Dan kudengar Tante Laras berteriak, “Keluarkan sama-sama To..” Ia
mendekap kuat-kuat punggungku, diciuminya bibirku dengan buasnya.
Tubuhnya mengejang dan, “Ooohh.. Iihhh.. Oohh..” suaranya kali ini keras
sekali, di malam yang sunyi.
Kami tidur bersama malam itu. Ia
pulas sekali tertidur. Sedangkan aku tidak. Mataku terus melotot.
Kejantananku tidak mau kompromi, tetap tegak sempurna. Sekali-kali
kuremas payudaranya, ia tetap tidur lelap, kuelus goa kenikmatannya, ia
juga diam saja. Kudekatkan lampu duduk di depan selangkangannya.
Kupermainkan liang kewanitaannya, kuelus, kusibakkan kedua bibirnya dan
kuperhatikan semuanya. Kuraba-raba klitorisnya yang tersembunyi di atas
bibir kemaluannya. Oh, baru pertama aku melihat pemandangan ini.
Sekali-kali Tante Laras bangun untuk kemudian tertidur lagi. “Aku
ngantuk Tok,” katanya pelan. Melihat kemaluannya yang bebas tersebut,
kumanfaatkan dengan sepuas-puasnya. Akhirnya kukecup juga bibir Tante
Laras lalu kujilati, Tante Laras kulihat bergelinjang kegelian sebentar.
Lama kuhisap-hisap, kujilati klitorisnya sampai basah. Basah oleh
ludahku bercampur dengan lendir yang keluar dari liang senggamanya.
Diangkat-angkatnya pinggul Tante Laras, menandakan ia keenakan, seakan
ingin lidahku terus menjilatinya.
Melihat Tante Laras sudah
memberikan tanggapan, segera kutiduri lagi Tante Laras untuk kedua
kalinya. Tante Laras kali ini bersikap pasif mungkin masih kelelahan,
kumasukkan kejantananku, kali ini terasa agak seret. Tante Laras
merintih, “Pelan-pelan Tok, sakit..” Aku menurutinya. Pelan-pelan
kumasukkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya yang seret
itu, sampai semuanya habis tertelan oleh kemaluan Tante Laras. Kugoyang
sebentar, keluarlah maniku dengan deras.
Begitulah, berkali-kali
kusetubuhi Tante Laras, baik dalam keadaan sadar maupun tidak. Aku tidak
bisa menghitung berapa kali air maniku muncrat. Sampai akhirnya aku
benar-benar kelelahan dan tertidur.
Sejak saat itu aku jadi sering
ke rumah Tante Laras. Sampai akhirnya aku diterima kerja di kota lain.
Saat ini usianya mungkin sudah 55 tahun. Kadang-kadang aku masih suka
mengunjunginya, dan tidak lupa memberikan siraman air kenikmatan ke
dalam kemaluannya.
Oh Nikmatnya Memek dan Susu Tante Laras
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment