Bandar Poker Online - Kisah Remaja Cewek SMA Jilbab Penuh Nafsu - Berikut ini adalah kisah nyata ngentot cewek jilbab penuh nafsu yang
kejadian ini saya alami sendiri pada saat masih menduduki bangku SMU,
tentu saja dengan pacar pertama saya di kala itu tahun 2002 aku baru
saja naik ke kelas 2 SMU.
Bandar Poker Terbaik - Bertepatan dengan itu pula aku dipindahkan ke kampung halaman orang
tuaku di sebuah kota kecil diantara Jogja dan Solo. Pada akhirnya proses
perpindahanku pun berjalan dengan lancar dan akupun dimasukkan ke
sebuah SMU swasta berbasis keagamaan yang cukup terkenal di kota ini,
dimana seluruh pelajar putri diwajibkan memakai penutup kepala yaitu
jilbab.
Oh ya saya hampir lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan nama saya
Anto. Saat itu tujuanku yang pertama adalah adaptasi dengan lingkungan
dan bahasa. Budaya yang jauh berbeda dengan tempat asalku di Kalimantan
dulu juga dengan cepat dapat kupahami dan kuikuti. Setelah melalui
serangkaian proses adaptasi yang memakan waktu kurang lebih 3 bulan,
barulah aku dapat membaur dengan semua orang. Karena memang pada
dasarnya kemampuan komunikasiku yang di atas rata-rata memudahkanku
untuk bisa berinteraksi dengan siapa saja. Mulai dari guru, tukang
kebun, kakak kelas, sampai adik kelas juga. Singkat cerita sejak saat
itu aku sudah memiliki banyak teman baru di sini.
prestasi
akademikku pun terbilang sangat baik saat itu. Setelah melewati proses
adaptasi, prestasiku pun terus melejit. Bahkan di saat ujian kenaikan
kelas, aku mampu menduduki peringkat ke 2 di kelasku. Aku memang
menonjol di bidang IPA dan Bahasa Inggris. Sehingga saat itu tidak
sedikit teman-teman yang sering sharing tentang Bahasa Inggris, karena
memang yang kutahu di kotaku sekarang ini Bahasa Inggris memang menjadi
momok menakutkan bagi teman-teman yang lain.
Seiring berjalannya
waktu, akupun naik ke kelas 3 SMU. Pada saat itu aku mulai diwajibkan
mengikuti tutorial tambahan untuk persiapan UN. Pada hari itu, tepatnya
hari Kamis, teman-teman yang lain memilih untuk tidak mengikuti tutorial
yang kebetulan saat itu kelas Bahasa Inggris. Hanya ada aku dan seorang
adik kelas yang memang diminta hadir oleh guru Bahasa Inggris kami
untuk ikut belajar tambahan Bahasa Inggris.
Pertama kali kulihat
dia, orangnya manis, putih, tingginya 155cm. Yang berikutnya kutahu
namanya adalah Ana. Guru Bahasa Inggris kami yang mengenalkannya padaku
karena dia tahu sampai saat itu aku masih jones hehehe… Singkat cerita
bisa dibilang saat itu aku mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tapi aku pesimis, dengan penampilanku tinggi 167cm, berat 82kg, kulit
hitam, wajah pas-pasan. Dengan perlahan kami berjabat tangan dan saling
bertukar nama dihadapan guru kami. “Ana” jawabnya singkat dihiasi senyum
di wajahnya. Dan, Waw… ternyata Ana welcome dan supel terhadap orang
baru. Mungkin karena aku diperkenalkan oleh guruku sendiri.
Akhirnya
karena saat itu tidak ada yang berangkat tutorial, aku pun diminta oleh
guruku untuk berbagi pengetahuan dengan Ana adik kelas yang baru ku
kenal tadi. Sedangkan guru kami beranjak meninggalkan kami untuk pulang
karena berfikir tidak ada murid yang berangkat. Saat itu cukup lama kami
berbincang-bincang, walaupun hanya seputar pelajaran sekolah saja.
Tapi
itu sudah cukup membuat hatiku senang. Diselingi dengan candaan yang
kulontarkan Ana merasa nyaman ngobrol denganku. Hingga akhirnya waktu
menunjukkan pukul 4 sore. Kutahu sebentar lagi Ana dijemput. Saat itu
juga aku meminta nomer HP nya, dan benar saja. Selang 10 menit kemudian
Ana dijemput bapaknya dengan sepeda motor. Akupun ikut pulang dengan
motorku sendiri dan akupun ikut pulang dengan motorku sendiri.
Segera
setelah sampai di rumah dan menyegarkan diri dengan mandi setelah
seharian beraktivitas di sekolah, kubuka HP ku dan langsung menghubungi
Ana dengan sms standar basa basi ala remaja jones.
“hi ana, lg ngapain?udah maem n mandi kan?” isi pesan yang kukirim
kepada Ana. Beberapa saat kemudian smsku pun langsung dibalas olehnya.
“hi juga Anto. udah semua kok. thanx ya td ud mw berbagi ilmu di
sekolah… ” begitulah isi balasan sms Ana, dan percakapan pun terus
berlanjut hingga akhirnya aku dan dia janjian untuk berangkat dan pulang
sekolah bersama keesokan harinya.
Malam ini terasa sungguh lama
berlalu. Ingin rasanya cepat berganti pagi. Aku memang sudah tidak sabar
untuk segera bertemu dengan Ana. Hingga dalam lamunanku membayangkan
wajahnya pun aku terlelap. Hari pun telah berganti, dan pagi yang
kutunggu pun akhirnya datang juga. Dengan bergegas aku mandi dan tak
lupa bersiap untuk tampil sebaik mungkin dihadapannya. Jam menunjukkan
pukul 06.20, aku sudah siap. Kupacu motorku ke rumahnya yang berjarak 10
menit perjalanan ke rumahnya.
Hingga akhirnya akupun tiba di depan gerbang rumahnya. Dia pun sudah
siap menunggu di teras rumahnya. Aku terpana melihatnya, sesosok gadis
remaja berseragam putih abu-abu dengan mengenakan penutup kepala standar
bukan model cewek jilboob seperti yang banyak beredar akhir-akhir ini.
“Pagi Ana, sudah siap berangkat?” sapaku.
“Pagi juga Anto, ayo berangkat sekarang aja. Udah jam setengah tujuh nih, ntar bisa telat kalo ga buru-buru.” jawab Ana.
Tak lupa aku juga berpamitan dengan orang tuanya yang baru keluar dari dalam rumah.
Ketika Ana hendak menaiki motorku, sekilas tercium aroma wangi khas
remaja. Motor pun kupacu dengan santai, sehingga waktuku bersamanya di
perjalanan bisa lebih lama. Selama mengendarai motor, pikiranku tidak
bisa konsentrasi penuh ke jalanan di depanku. Pikiranku terganggu dengan
hadirnya suatu rasa dari benda yang empuk dan kenyal yang selalu
menyentuh punggungku. Yang ternyata itu adalah payudara Ana. Darah
remajaku pun saat itu langsung bangkit seketika, dan semakin membuatku
penasaran untuk mencari tahu seperti apa benda yang telah mengusik
birahi kelelakianku.
habis maem… …benda yang telah mengusik birahi kelelakianku.
Tak
terasa motor yang kami kendarai telah tiba di depan gerbang sekolah.
Saatnya kami berpisah untuk bertemu kembali usai sekolah.
Di dalam kelas pikiranku tak dapat fokus pada setiap mata pelajaran yang
disampaikan oleh bapak ibu guru. Yang ada dipikiranku hanyalah kejadian
yang baru saja kualami pagi tadi saat memboncengkan Ana. Suatu sensasi
yang baru kurasakan dan membuatku tak dapat berpikir jernih, mengundang
hasrat birahi dan rasa ingin tahuku yang dalam untuk bisa merasakan
lebih. Memang sebagai remaja lelaki normal aku telah sedikit banyak
mengetahui tentang dunia seks. Semua itu karena kebiasaan om-om ku saat
di Kalimantan yang sering menggoda perempuan. Bahkan pembantu rumah
tangga pun tak luput dari incaran mereka dan sering kamarku yang
dijadikan tempat bagi mereka melampiaskan hawa nafsu.
Akhirnya bel
tanda jam pelajaran selesai berbunyi. Saatnya bertemu Ana dan
mengantarkannya pulang, pikirku. Sepuluh menit aku menunggu Ana
menghampiriku di tempat parkir motor sekolahku. Aku pun menyapanya
dengan basa basi alakadarnya saja.
“Gimana pelajaran hari ini? kamu lapar ga? mau makan dulu apa langsung pulang?” tanyaku.
Ana pun menjawab
“biasa aja kok pelajarannya. hmmm lapar sih, mampir makan dulu juga
boleh.” Akhirnya atas inisiatifku motor kuarahkan ke tempat makan yang
memang biasa dipakai muda mudi di kota ini untuk berduaan, bukan makan
tujuan utamanya.
Aku melajukan motorku ke arah warung makan terapung yang cukup terkenal
di kotaku. Sesampainya di sana, aku langsung memesan satu porsi ikan
bakar yang kiranya cukup untuk kami berdua dan dua gelas es teh. Aku
saat itu sengaja memilih tempat yang agak jauh dari keramaian, jauh dari
kasir dan lalu lalang tamu lain. Sebelum pesanan kami datang aku
berusaha “to the point” kepada Ana. Aku langsung utarakan perasaanku
padanya.
Sambil kucoba raih telapak tangannya dan kugenggam, tak
ada penolakan sama sekali darinya, hanya tatapan heran yang terpancar
diwajahnya. “Ana, sejak pertama lihat dan kenalan sama kamu, aku
langsung suka dan sayang sama kamu, boleh gak aku menjadi lebih dekat
lagi sama kamu?” tanyaku saat itu. Ana tidak langsung menjawab. Aku
tetap menatapnya penuh arti. Sesaat kemudian,
“Aku juga mau kok kenal kamu lebih jauh dan lebih dekat lagi” jawabnya.
Saat itu aku pun langsung reflek memeluknya dan mengucapkan terima
kasih. Di saat memeluk Ana, aku kembali merasakan adanya benda kenyal
yang menempel ke dadaku. Akupun semakin berani karena sudah terlanjur
birahi untuk sekedar mengecupnya di kening dan di bibir. Semua itu Ana
terima dengan senyuman. Setelah kejadian itu, pesanan lami pun datang
dan kami lanjutkan percakapan kami dengan menyantap hidangan yang telah
tersedia.
Selesai menghabiskan santap siang kami, aku kembali bertanya kepada Ana
“sekarang mau kemana lagi na?”.
“terserah” jawab Ana singkat.
Aku pun tak menjawabnya lagi. Aku
langsung menuju kasir dan membayar pesananku tadi lalu kamipun
mengendarai motor lagi. Dalam perjalanan aku pun berpikir untuk
mengajaknya ke rumahku.
“Gimana kalau mampir ke rumahku?” tanyaku.
“Boleh, tapi jangan lama-lama ya.” jawab Ana.
“Ya udah kamu kabarin orang rumah dulu aja, biar mereka gak khawatir.” Dia pun menyetujuinya.
Aku pun sesegera mungkin mengarahkan motor ke rumahku. Dengan terus
berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya di rumahku nanti. Mungkin itu
juga yang ada di benak Ana, karena sepanjang perjalanan kami tak banyak
melakukan percakapan.
Akhirnya motor yang kami kendarai pun
sampai di rumahku. Aku pun lalu mempersilahkan Ana masuk sebelum
terlebih dahulu kuperkenalkan pada Ibuku. Setelah perkenalan itu, Ibuku
pun meninggalkan kami di rumah utama. Akupun mulai berbincang-bincang
dengan Ana. Hingga pada satu moment kami saling bertatapan dan diam
seribu bahasa, kuberanikan untuk menggenggam tangannya. Dia pun
mengizinkannya, akupun semakin tertantang untuk berbuat lebih jauh lagi.
Wajah kami saling berdekatan, Ana terpejam seakan menanti-nanti apa
yang selanjutnya akan kulakukan. Sesaat kemudian kukecup keningnya,
turun ke kedua matanya, pipinya yang merona, hidung yang mancung, hingga
pada akhirnya kecupanku berhenti tepat dibibirnya.
Kecupan
dibibir yang awalnya berupa kecipan sayang telah berubah menjadi sebuah
ciuman yang penuh nafsu. Nafas kami terdengar saling memburu. Dengusan
penuh nafsu terdengar mengisi ruang tengah yang kami tempati. Semakin
panas, ciuman penub hasrat yang hanya mengikuti naluri oleh dua insan
yang sedang dimabuk birahi. “I love you Ana” kata itupun terlontar
diantara ciuman kami yang memanas. “hmmppffhhh, I love you too Anto”,
jawab Ana disaat bibirku kembali melumat bibirnya.
Tanganku reflek seperti dituntun untuk menggapai sesuatu yang sedari
tadi pagi membuatku penasaran. Ya, tanganku dengan sendirinya mulai
meraba dan perlahan-lahan meremas bukit kembar Ana. Ana hanya melenguh
tertahan menghadapi kelakuanku.
“aaahhhssss….sayank….hmmmppfff…geli yank….” desah Ana tanpa melepaskan
bibir kami yang masih tetap berpagutan dengan penuh nafsu.
Jemariku
mulai bekerja melepas kancing seragam yang mulai acak-acakan. Perlahan
tapi pasti tiga buah kancing yang tertutup penutup kepala lebar mulai
terbuka. Kusibakkan penutup kepala lebar yang sedari tadi menutupi
keindahan bukit kembar Ana. Kini tanganku leluasa menyusupi bagian tubuh
Ana yang seharusnya hanya ia persembahkan pada suaminya kelak. Tanganku
terus menyeruak masuk melalui celah seragam yang telah terbuka lebar.
Akhirnya kurasakan bongkahan kenyal yang hangat. Jemariku dengan nakal
mencoba mencari celah untuk bisa masuk melalui celah bra yang Ana pakai.
“ssshhh…yank…” hanya kata itu yang mampu dilontarkan oleh Ana ditengah gelora birahi yang sedang melandanya.
Akhirnya jariku menemukan yang kucari. Sepasang daging kecil diujung bukit kembar Ana yang telah mengeras.
Kupilin-pilin
dengan lembut, tubuh Ana bergetar. Ini pertama kali bagi kami. Hingga
tanpa sadar tangan Ana juga reflek mengelus-elus batang kejantananku
yang sudah tegang dari tadi, bahkan mulai mengeluarkan cairan pelumas
diujungnya.
Ciuman kami yang penuh gairah pun kami hentikan. Kutatap wajahnya yang
sayu, akupun mengajaknya untuk pindah ke dalam kamarku yang memang
siapapun tidak boleh masuk tanpa seizinku. Bahkan orang tuaku sekalipun.
Hanya sebuah anggukan kecil yang kudapat. Kamipun membenahi pakaian
kami dan keluar menuju kamarku yang terletak di luar bangunan utama.
Setelah
berada di kamarku, Ana berdiri terpaku. Bingung akan apa yang sedang
dia lakukan. Seakan terbius oleh nafsu birahi yang sedang melanda kami.
Penasaran dengan apa yang akan terjadi lagi diantara kami. Akupun tak
menyia-nyiakan waktu. Langsung kudekap Ana dan kamipun berpagutan dengan
lebih panas lagi. Lidah kami saling memilin satu sama lain, saling
menghisap. Tanganku yang memeluk pinggangnya mulai turun ke arah
pantatnya yang padat berisi. Ana mendesah
“aaaahhhhh…” saat tanganku meremas pantatnya dan menariknya ke atas.
Kutekankan batang kejantananku ketubuhnya. Tangan Ana tidak tinggal
diam, tangannya menggapai batang kejantanku dan mulai mengelus-elusnya
dengan lembut. Tanganku pun kini telah pindah ke depan. Meremasi dadanya
yang kencang dan menggantung seperti pepaya mengkal. Tak mau
berlama-lama kulepas lagi satu persatu kancing baju seragam yang baru
saja dirapihkan. Setelah terlepas semua aku pun menurunkan ciumanku
langsung kearah dada, bersembunyi di balik penutup kepala lebar yang ia
kenakan. Perlahan namun pasti seragam sekolah yang Ana kenakan kulepas.
hanya tersisa kaos dalam yang yang masih menutupi bra yang ia kenakan.
Tanganku
mulai dengan lembut membelai pundaknya dengan tanpa melepas cumbuanku
di daerah dada Ana. Perlahan-lahan kupelorotkan kaos dalam yang ia
kenakan melalui kedua tangannya. Hingga akhirnya tampaklah gunung kembar
Ana yang putih bersih kenyal menggantung dengan masih terbungkus bra
motif army. Tangan Ana mulai meremasi rambutku seiring menikmati sensasi
cumbuan yang kuberikan. Ana terus mendesah saat bibirku menyapu
permukaan bukit kembarnya.
“ssshhhhh….geli…yank…”, suaranya terdengar bergetar.
Tak tahan
dengan terus berdiri, tubuh Ana pun kubimbing menuju tempat tidurku. Di
pembaringan dengan tanganku memeluk dan mengelus-elus punggungnya dengan
tetap mencumbu bukit kembarnya dan meninggalkan beberapa bekas merah
didadanya. Kami semakin larut dalam permainan ini. Semua akal sehat
sudah hilang, hanya nafsu birahi yang menuntun kami. Kuberanikan diriku
untuk berbuat lebih jauh. Kucoba membuka kaitan bra dipunggungnya.
Tangan Ana mencoba menahan sambil matanya menatapku dengan sayu. Saat
itu hanya ada satu kata ajaib yang membuatku mendapatkan all access.
“I love you forever sayank”, pegangan tangannya pun melemah dan Ana kembali terpejam menikmati rasa yang ada.
Kulepas
kancing pengait bra yang Ana kenakan, dan tersembullah bukit kembar Ana
yang tak begitu besar namun putih mulus padat dengan puncak berwarna
pink. Tak perlu menunggu lama langsung kukulum puncak tersebut dan
kumainkan lidahku di sana. Menari-nari dengan lidahku dan sesekali
kuhisap dan kugigiti dengan gemas. Ana yang menikmati cumbuanku
meremas-remas rambutku dan terus menggelinjang. “Enak
sayank…terusssshhhh…”, racau Ana yang sedang menikmati hal ini untuk
pertama kalinya.
Tanganku yang sedari tadi mengelusi punggung Ana
mulai berpindah menuju bukit kembarnya kuremasi dengan lembut dan
kumainkan putingnya dengan jari telunjuk dan jempolku sementara bibirku
terus mengulum puting yang satunya. Seakan tak puas sampai disini, aku
pun mulai melucuti pakaianku sendiri satu persatu hingga hanya
menyisakan sebuah segitiga pengaman yang sudah tak mampu lagi menampung
batang kejantananku yang telah menyembulkan kepalanya seakan hendak
melompat keluar.
Setelah itu tanganku mulai bergerak turun
meremasi bongkahan pantatnya yang masih tertutup rok panjangnya. Akupun
mulai membuka kancing roknya dan menurunkan resleting roknya. Ketika
tanganku mencoba menurunkan roknya, tiba-tiba Ana menggenggam
pergelangan tanganku. Kali ini aku tak berbicara sepatah katapun, hanya
menatapnya dan mengulum lembut bibirnya yang kuimbangi dengan
meremas-remas kembali bukit kembarnya. Saat kurasa waktunya telah tepat,
kucoba kembali untuk menurunkan roknya. Kali ini tak ada penolakan dari
Ana, ia malah membantuku dengan sedikit mengangkat pantatnya untuk
memudahkanku.
Setelah berhasil turun selutut, kakiku kugunakan
untuk meloloskannya turun. Tanganku mulai meraba-raba dengan halus
kemulusan pantat dan pahanya, hingga akhirnya tanganku berhenti tepat di
gundukan kewanitaannya. Ana tersentak saat jari telunjukku mulai
menyusuri belahan kewanitaannya dari luar celana dalamnya yang mulai
basah.
“aaaaakkkkhhhh….saaaayyyaaaaannnkkkk” ujarnya bergetar.
Perlahan tanganku mulai menyusupi celana dalamnya. Kurasakan ada
rambut-rambut halus yang cukup lebat di kemaluannya. Masuk lebih dalam
lagi dan kutemukan gundukan daging yang hangat dan berair dengan satu
titik yang terasa keras. Ya, jari tengahku berhasil menemukan bagian
yang paling sensitif didirinya.
Terus kumainkan benjolan kecil tersebut hingga badan Ana terus
tersentak-sentak entah karena kegelian atau merasakan nikmat tiada tara.
Semakin lama kumainkan, semakin banyak cairan yang keluar dari organ
kewanitaannya. Aku pun tak tahan lagi, batang kejantananku yang sudah
menyembul hampir setengahnya dari ujung celana dalamku meminta untuk
segera dibebaskan. Celana dalamku pun kulepaskan. Lega rasanya. Tak mau
sendirian telanjang, celana dalam Ana pun akhirnya kupelorotkan
sekelian.
Kembali kami berciuman dengan penuh nafsu, dan hanya
berdasarkan naluri akupun kini telah berada diatas tubuh Ana.
Kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir kewanitaanya.
“hhhmmpppffhhh…..hhhsssshhh….aaaaa…”, entah apa yang coba dikatakannya.
Hingga akhirnya Ana mencengkram erat punggungku dan kedua kakinya
dilingkarkan dipinggangku. Sebuah teriakan kecil terdengar dari
mulutnya.
“ooouuuugggggghhhhh…aaaakkkhhhh….ayank jahat!”. Ternyata Ana orgasme untuk pertama kali dalam hidupnya.
Kubiarkan ia sejenak mengatur nafasnya yang memburu setelah orgasme.
Setelah nafasnya mulai normal, dengan masih menindihnya dan mengecupi
seluruh area wajahnya, Ana berkata
“aku takut yank, aku takut hamil!”. Karena pada saat itu yang Ana tahu
adalah apabila sel telurku bercampur dengan sel induknya, maka akan
terjadi pembuahan dan kehamilan.
Dengan gentle aku pun berkata “aku siap untuk bertanggung jawab. apapun
yang akan terjadi, aku siap yank!” jawabku. Ana pun langsung memelukku
dan berkata “love you sayank, aku yakin kamu gak akan ngecewain aku”.
Kamipun melanjutkan aktivitas kami. Aku mulai memainkan kembali kedua
bukit kembarnya dengan satu tanganku dan bibirku kembali mencumbui bukit
kembarnya. Sementara tangan kiriku memainkan kembali daerah
kewanitannya hingga membuatnya basah kembali.
Ana hanya menatapku dengan sesekali ketika kutatap balik ia melemparkan
senyum manisnya. Nafsuku yang sudah diubun-ubun tak mampu lagi
kubendung.
“aku masukin ya sayank?” tanyaku meminta peraetujuan darinya.
Iapun membalasnya dengan sebuah anggukan kecil dan berkata
“iya sayank, buat ayank apapun akan kuberikan, termasuk hartaku yang paling berharga” dengan dihiasi senyum manis diwajahnya.
Akupun
mengecup keningnya sebagai tanda terima kasih dan sayangku padanya. Aku
pun mulai memposisikan diriku, Ana membantuku dengan menggenggam batang
kejantananku dan mengarahkannya tepat dimulut kewanitaannya. Setelah
terasa pas, tangan Ana yang satunya menekan pantatku seolah
menginginkanku untuk segera memasukkan batang kejantananku sedalam
mungkin. Beberapa kali mencoba namun selalu gagal, hingga pada percobaan
yang ke lima, aku mencoba menekan perlahan tapi dengan menambahkan
sedikit tenaga hingga masuklah kepala kejantananku ke dalam liang
senggamanya.
“ssshhhhh….ooouuuccchhh….perih yank…” Ana berkata sambil menggigit bibir bawahnya.
“Tahan sebentar ya sayank” jawabku.
Ana mengangguk sambil
memejamkan mata dan menahan perih yang dia rasakan. Aku pun lalu melumat
bibirnya dan tanganku mengelus rambutnya sambil belum merubah posisi
agar liang senggamanya bisa lebih rileks. Setelah kurasa Ana lebih
tenang dan liang senggamanya mulai terbiasa. Masih dengan melakukan
french kiss, akupun dengan tiba-tiba menghentakkan batang kejantananku
ke dalam liang senggamanya. Ana terbeliak dan spontan menggigit bibirku.
“aaaaaaacccchhhhhhh……” teriaknya tertahan karena saat itu masih berciuman denganku.
Kuhentikan aktivitasku di bawah ana sejenak agar Ana terbiasa dan menghilangkan efek shock pada dirinya.
Air mata menetes membasahi pipinya, aku pun menyekanya dengan punggung tanganku.
“I love you honey…” kubisikkan kata tersebut dengan mesra ditelinganya.
Ia pun menjawab
“love you too”, sambil melingkarkan tangannya dileherku dan kedua tungkai kakinya menjepit pantatku.
“masih sakit yank?” tanyaku.
Ana hanya menggeleng dan tersenyum. Aku pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju dan mundur.
“ssshhhh…..enak sayank…iya.hhh…di situ sayankhhh…” desah Ana saat mulai kugerakkan batang kejantananku.
Kamipun berciuman kembali dan saling mengelus satu sama lainnya. Aku
kaget saat tiba-tiba Ana berubah menjadi beringas, binal, lidahku
disedot-sedot dan kamipun saling bertukar liur. Sepuluh menit berlalu,
Ana semakin bergerak liar. Kalau aku mengangkat pantatku naik, Ana
menurunkan pantatnya turun dan sebaliknya, hingga batang kejantananku
bisa masuk lebih dalam lagi. Gerakanku semakin kupercepat dan pelukan
Ana terhadapku semakin erat.
“aaaarrrggghhhhhh…..sayank…..aku pipis yank….” Ana belum tahu apa itu orgasme. Ana mengalami orgasme yang hebat.
Aku tetap tidak merubah gaya bercinta kami. Karena memang kami belum
mengetahui gaya-gaya lain. Setelah kurasa Ana mulai teratur nafasnya aku
pun mulai menggerakkan kembali pinggangku maju mundur. Tangan Ana
memainkan dan meremasi bongkahan pantatku. Akupun tak kalah diam turut
meremasi bukit kembar Ana.
“sshhhhh….ahhhkkk….ayo sayang…” desah Ana.
“Iya sayang….aaahhh….rrrggghhh….enak sayang….”, ujarku.
Tak berapa lama akupun merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari dalam batang kejantananku.
“rrrgghhhh….aaahhhhh….sayang aku mau keluar yank…” ujarku.
“iya sayankkk…keluarin aja sayankkkhhh….jangann dittahan…” jawab Ana dengan suara bergetar dan terputus-putus.
Yang
kutahu Ana juga akan segera mendapatkan orgasmenya yang ke tiga. Akupun
menggerakkan pinggulku dengan lebih cepat, sementara Ana mengimbanginya
dengan memutar-mutarkan pinggulnya. Sesaat kemudian aku pun menggeram.
“aaarrgghhhh….aku keluar sayankkkk…aaaakkhhhh….crrrootttt…crootttt…
crotttt….crot…crot…”. “akkkkhhuuu….juu…gaa….piphhiisss…lhhaaghii
i….yaaaankkkk….aaaaakkkkkhhhh…..” ujar Ana.
Kamipun mengalami orgasme bersamaan.
Kudiamkan batang kejantananku
beberapa saat di dalam liang kewanitaannya yang masih berdenyut-denyut.
Hingga akhirnya lututku dan sikuku lemas tak mampu menopang tubuhku
yang akhirnya ambruk di sisinya. Sambil berbaring, kupalingkan wajahnya
dan kukecup bibirnya sambil berkata
“love you sayank”.
“Love you too sayankku” jawab Ana diiringi dengan senyum manis diwajahnya.
Kamipun bergegas membersihkan diri di kamar mandi kamarku. Setelah siap
dan rapi, kamipun keluar kamar menemui Ibuku untuk mengantar Ana
berpamitan. Setelah itu aku pun bergegas mengantar Ana pulang menuju
rumahnya. Tak lupa di jalan aku mampir membeli buah tangan untuk Bapak
dan Ibunya Ana, dengan tujuan nyogok sih . Dan setibanya di rumah Ana
langsung kutemui Ibunya sambil memberikan buah tangan yang kami beli di
jalan tadi dan menyampaikan permintaan maafku karena mengajak Ana pergi
main sampai sore hari.
Hubunganku dengan Ana terus berjalan dengan
baik hingga kami menginjak jenjang Universitas. Kurang lebih selama 3,5
tahun kami berhubungan dan melakukan seks hampir setiap saat, di
rumahku, di kamar kostku, di hotel, dimanapun kami mau.
Hingga pada akhirnya hubungan kami harus berakhir karena kebodohanku
sendiri yang terlalu sibuk dengan duniaku hingga Ana memilih untuk
berhubungan dengan orang lain. Sejak saat itu aku berjanji akan ada
Ana-Ana lain yang bisa kuajak berhubungan seks sekedar memuaskan
nafsuku. Bukan atas nama cinta.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Dibawah Ini :
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment