Agen Ceme Terbaik - Kenangan Manis Ngentot Di Kosan Bersama Pacar - Perkenalkan pembaca namaku Ryan, umurku 22 tahun dan aku sekarang sedang
menyelesaikan kuliah di sebuah PTS di Yogyakarta. Pengalaman nyata
cerita sex ini terjadi tiga tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di
Bandung.
Agen Ceme Terpercaya - Sudah lama memang, tapi aku selalu ingat akan kejadian itu dan tak
akan pernah aku melupakan satu nama : Cindy. Walau hingga sekarang pun
akan selalu kukenang saat-saat indah bersamanya.
Aku akrab dengan
Cindy karena ia adalah cucu dari ibu kostku. Cindy lebih tua 2 tahun dan
dia anak Surabaya, sedang kuliah di Bandung hanya beda kampus denganku.
Yang aku tahu, kedua orangtuanya sudah pisah ranjang selama dua tahun
(tapi tidak bercerai) dan Cindy ikut tinggal bersama neneknya (ibu
kostku) ketika ia masuk kuliah. Mungkin terlalu panjang kalo kuceritakan
bagaimana prosesnya hingga kami berpacaran. Aku beruntung punya cewek
seperti dia yang wajahnya sangat cantik (pernah dia ditawarin untuk
menjadi model), segala yang diidamkan pria melekat pada dia. Kulitnya
yang putih, hidung bangir, matanya yang indah dan bening, rambut ikal
serta tubuhnya yang padat.. Aku juga nggak tahu kenapa ibu kost
menerimaku untuk nge-kost dirumahnya padahal yang kost di rumahnya
adalah cewek semua. Mungkin karena ngeliat tampangku seperti orang
baik-baik kali ya (hehehe)…
Pada awal kami berpacaran , Cindy
termasuk pelit untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman,
minta pegang tangannya saja susahnya minta ampun! Padahal aku termasuk
orang yang hypersex, dan aku sering kali melakukan onani untuk
melampiaskan nafsu seksku, hingga sekarang. Aku bisa melakukan onani
sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi dan gairah seksku datang,
pasti kulakukan kebiasaan jelekku itu. Entah dikamar mandi menggunakan
sabun, sambil nonton VCD porno dan seringnya sambil tiduran telungkup di
atas kasur sambil kugesek-gesekkan penisku. Aku merasakan nikmat setiap
orgasme onani. Back to story, sejak aku dan Cindy resmi jadian, baru
dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu pun setelah melalui
perdebatan yang panjang, akhirnya ia mau juga kucium pipinya yang mulus
itu, dan aku selalu ingin merasakan dan mengecup lagi sejak saat itu.
Hingga
pada suatu malam, ketika waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, aku,
Cindy dan Desi (anak kost yang lain) masih asyik menonton TV di ruang
tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yang lain sudah pergi
tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yang terhampar di ruang
tengah. Desi duduk di depan sementara aku dan Cindy duduk agak jauh
dibelakangnya. Lampu neon yang menyinari ruangan selalu kami matikan
kalau sedang menonton TV. Biar tidak silau kena mata maksudnya. Atau
mungkin juga demi menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV agak
begitu samar dan remang-remang. Desi masih asyik menonton dan Cindy yang
disampingku saat itu hanya mengenakan kaos ketat dan rok mini matanya
masih konsen menonton film tersebut. Sesekali saat pandangan Desi
tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Cindy. Entah
Cindy terlalu memperhatikan film hingga tangannya tidak menepis saat
tanganku memeluk tubuhnya yang padat. Dia malah memegang rambutku, dan
membiarkan kepalaku bersandar di pundaknya. Terkadang kalo pas iklan,
Cindy pura-pura menepiskan tanganku agar perbuatanku tidak dilihat Desi.
Dan saat film diputar lagi, kulingkarkan tanganku kembali.
“I love you, honey….” Bisikku di telinganya.
Cindy menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Desi, ia mendaratkan
ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aku dicium seorang
cewek, tanpa aku minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat
pikiranku jadi ngeres apalagi saat Cindy meremas tanganku yang saat itu
masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yang sayu sekilas menoleh ke
arah Desi yang masih nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi
ditambah ruangan yang hanya mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali
tanganku meremas payudara Cindy. Cindy menggelinjang, sesekali menahan
nafas. Lutut kanannya ditekuk, hingga saat tangan kiriku masuk ke dalam
daster bagian bawah yang agak terbuka dari tadi, sama sekali tidak
diketahui Desi. Mungkin ia konsen dengan film, atau mungkin juga ia
sudah ngantuk karena kulihat dari tadi sesekali ia mengangguk seperti
orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri
leher Cindy yang putih mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan
perlahan vagina Cindy yang masih terbungkus celana dalam. Ia mendesah
dan mukanya mendongak ke atas saat kurasakan celana dalamnya mulai basah
dan hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan, pikirku.Tanganku yang
mulai basah oleh cairan vagina Cindy buru-buru kutarik dari dalam
roknya, ketika tiba-tiba Desi bangkit dan melihat ke arah kami berdua.
Kami bersikap seolah sedang konsen nonton juga.
“Aku ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV pada Cindy.
Desi kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Aku yang
tadi agak gugup, bersorak girang ketika Desi hanya pamitan mau tidur.
Aku pikir dia setidaknya mengetahui perbuatanku dengan Cindy. Bisa mati
aku. Cindy yang sejak tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini
tertuju pada TV. Aku tahu dia juga pura-pura nonton, maka saat tubuhnya
kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya diantara ciuman yang menggelora.
Segera kubimbing tangan Cindy bangkit, setelah mematikan TV dan mengunci
kamar Cindy, kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini tempatnya
aman karena setiap yang akan masuk ke kamar ini harus lewat pintu
belakang atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain yang telah
tertidur tidak mendengar langkah-langkah kami atau ketika kami membuka
dan menutup kunci dan pintu kamar tengah dengan perlahan.
Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan lampu kamar kuhampiri Cindy yang telah duduk di tepi ranjang.
“Aku cinta kamu, Cindy…..” ujarku ketika aku telah duduk disampingnya.
Mata Cindy menatapku lekat.. Sejenak kulumat bibirnya perlahan dan Cindy
pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami kembali makin
memburu menahan rangsangan yang kian menggelora. Desahan bibirnya yang
tipis makin mengundang birahi dan nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke
lehernya dan tangannya menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aku tahu dia
sudah terangsang, lalu kulepaskan kaosnya. Payudaranya yang padat
berisi ditutupi BH berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya, mulus tak
ada cacat. Kemudian bibir kami pun berciuman kembali sementara tanganku
sibuk melepaskan tali pengikat BH, dan sesaat kemudian kedua payudaranya
yang telah mengeras itu kini tanpa ditutupi kain sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Cindy pun tersenyum manja.
“Ayo Yan, lakukanlah….” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati payudaranya
bergantian. Sementara tangan Cindy membantu tanganku melepaskan kemeja
yang masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap.
Betapa beruntungnya aku bisa menikmati semua yang ada ditubuhnya. Tangan
kananku yang nakal mulai merambah turun masuk ke dalam roknya, dan
kugesek-gesekkan pelan di bibir vaginanya. Cindy menggelinjang menahan
nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar
vaginanya sendiri.
Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya
terpejam, Sebentar kemudian vaginanya mulai sedit basah. Dan kami pun
mulai melepaskan celana kami masing-masing hingga tubuh kami benar-benar
polos. Betapa indahnya tubuh Cindy, apalagi ketika kulihat vaginanya
yang terselip diantara kedua selangkangannya yang putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Cindy, Ok’s banget…” ujarku terpana
Begitu mulus memang,ditambah dengan bulu-bulu lebat disekitar bagian sensitifnya.
“Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku suka Yan….” Balasnya sambil
tangannya mencubit pelan kemaluanku yang sudah tegak dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.
Aku tahu Cindy sudah begitu
terangsang maka kemudian kusuruh Cindy berbaring di atas kasur. Dan aku
baringkan tubuhku terbalik, kepalaku berada di kakinya dan
sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian ciumanku
menuju hutan lebat yang ada diantara kedua selangkangannya. Kukecup
pelan bibir vaginanya yang sudah basah, kujilat klitorisnya sementara
mulut Cindy sibuk mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir vaginanya yang merah
itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu Cindy,
pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Cindy, hingga sekitar
vaginanya makin basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
Kedua
jari tanganku aku coba masukkan lubang vaginanya dan kurasakan nafas
Cindy mendesah pelan ketika jariku kutekan keluar masuk.
“Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan Cindy makin
menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan tanganku,
dan kulihat Cindy sedikit kecewa ketika aku menghentikan permainan
jariku.
“Jangan sedih Say, aku masih punya permainan yang menarik, okay?”
“Oke. Sekarang aku yang mengatur permainan ya?” ujarnya.
Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka kalau cewek yang agresif.Cindy
pun bangkit, dan sementara tubuhku masih terbaring di atas kasur.
“Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu ya Say?”
Tanpa menunggu jawabanku tubuh Cindy menindih tubuhku dan tangan
kanannnya membimbing penisku yang telah berdiri tegak sejak tadi dan
blessss…….ah,Cindy merasa bahagia saat seluruh penisku menembus
vaginanya dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yang paling
dalam. Dia mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali gerakannya
memutar, bergerak mundur maju membuat penisku yang tertanam bergerak
bebas menikmati ruang dalam “gua”-nya.
Cindy mendesah setiap kali
pantatnya turun naik, merasakan peraduan dua senjata yang telah terbenam
di dalam surga.Tanganku meremas kedua payudara Cindy yang tadi terus
menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan tergerai diterpa angin dingin
yang terselip diantara kehangatan malam yang kami rasakan saat ini.
Kubiarkan Cindy terus menikmati permainan ini. Saat dia asyik dengan
permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku
yang terbaring sejak tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali.
“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya hidupku ini Cindy ” bisikku pelan
“Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..”
Sepuluh
menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Cindy mulai lemah. Aku tahu
kalau dia mulai kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif serangan.
Kutekan naik turun pinggangku, sementara Cindy tetap bertahan diam. Dan
suara cep-clep-clep… setiap kali penisku keluar masuk vaginanya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh….” hanya kalimat itu
yang keluar dari mulut Cindy, dan aku pun makin menggencarkan
seranganku.
Ingin kulibas habis semua yang ada dalam vaginanya. Suara ranjang
berderit, menambah hot permainan yang sedang kami lakukan. Kutarik tubuh
Cindy tanpa melepaskan penisku yang sedang berlabuh dalam vaginanya dan
kusuruh dia berdiri agar kami melakukan gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai menggesek-gesekan pebisku kembali.
“Ahh teruss…terusss……” desah Cindy ketika penisku berulang kali menerobos vaginanya.
Kupeluk
tubuh Cindy erat sementara jari tangan kirinya membelai lembut
bulu-bulu vaginanya, dan sesekali membantu penisku masuk kembali setiap
kali terlepas. Keringat membasahi tubuh kami. Lehernya yang mulus kucium
pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong….”
“Oke, tahan dulu Cindy” dan kucabut batang penisku yang telah basah sejak tadi.
Kusuruh Cindy nungging di ranjang, sementara tanganku mengarahkan
penisku yang telah siap masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi
sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam surga yang nikmat.
“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss Yannn….” Erangnya manja setiap kali penisku menari-nari di dalam vaginanya.
Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……” desahnya.
Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini…dan terus kuulang sementara mulut
kami mendesah merasakan kenikmatan yang teramat sangat setiap kali
penisku mempermaikan vaginanya.
“Yan….aku mo keluar nih…..udah ngga tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Cindy tiba-tiba.
“Tahan Cin, aku juga hampir sampai….” aku menekan-nekan penisku kian cepat,sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang keras dan cairan spermaku berkumpul dalam satu titik.
“Aku
keluar sekarang Cin….” penisku kucabut dari lubang vaginanya dan
Cindypun seketika membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya,
mengocok-ngocok batang penisku yang kemerahan dan saat kurasakan aku tak
mampu menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua belah payudaranya dan
kedua tangan Cindy pun menggesek-gesekkan payudaranya yang menjepit
batang kemaluanku dan….croott…crooottt… spermaku jatuh disekitar dada
dan lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Cindy menjilati penisku
membersihkan sisa-sisa spermaku yang masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Cindy yang sudak acak-acakan tak karuan.
“Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini Yan….”desahnya manja .
Waktu
sudah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami istirahat
sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali dan
membereskan tempat tidur yang sudah berantakan. Dan tak lama kemudian
kami pun pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa lelah setelah
kami ‘bermain” tadi.
Begitulah kisahku dengan Cindy, setiap hari
kami selalu melakukannya setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami
melakukannya di kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau
bahkan dikamar mandi (sambi mandi bareng disaat rumah kost kosong hanya
ada kami berdua).
Hingga pada suatu hari Cindy harus pindah ke
luar kota ikut kedua orang tuanya yang telah berbaikan lagi. Aku
benar-benar kehilangan dia, dan ingin kuterus bersamanya. Pernah
beberapa kali kususul ke tempatnya yang baru dan kami melakukannya
berkali-kali di hotel tempat kami menginap. Tanggal 27 November 1998,
tiba-tiba kuterima surat dari Cindy yang mengabarkan bahwa ia akan
menikah dengan orang yang dipilihkan orang tuanya dan aku benar-benar
kehilangan dia….. Sekarang, setiap kali aku melakukan masturbasi,
fantasiku selalu melayang mengingat saat-saat terindah kami melakukan
hubungan seks pertama kali dikamar sebelah itu. Ingin rasanya aku ulangi
saat-saat indah itu. ( baca juga: Pengalaman Pertamaku Mesum Dengan
Istri Paman ).
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment