Agen Capsa Terbaik - Ketertarikan ku Dengan Tante Seksi Yang Umurnya Jauh di Atasku - Sebut saja namanya tante ayu. Wanita 35 tahun yang bekerja sebagai staf
disebuah kantor provinsi. Karena kebiasaanku datang ke kantor itu untuk
meminjam buku untuk tugasku aku mengenal tante ayu. Sejak pertama aku
melihatnya aku langsung terpana dengan kecantikan dan kemolekan tubuh
tante ayu ini.
Aku yang sudah naksir dengannya pun tak
menolak dengan ajakan tante ayu itu. Disela makan siang tante ayu juga
sempat memberitahukan kepadaku tentang anak perempuannya yang juga sudah
dewasa. Dan tante ayu juga melihatkan fotonya kepadaku, sungguh anaknya
juga gak kalah cantik dengan ibunya.
Namun dari segi keseksian ibunya lebih
seksi dari anaknya. Dan aku sendiri merasakan hal yang berbeda karena
aku lebih suka pada tante ayu ketimbang anaknya yang masih muda, padahal
umurku juga masih sangat muda. Waktu itu umurku baru 23 tahun.
Hingga akhirnya suatu sore saat aku
sedang mau meminjam buku, aku dipanggil tante ayu. “Kamu malam ini ada
acara gak dik??” tanya tante ayu. “Eeemmm..gak ada sih tante, emang
kebapa tante?” jawabku. “Kamu mau gak temenin tante nonton konser” ajak
tante ayu.
“boleh-boleh aja siih tante, Konser
dimana tante” jawabku. “di café …..” tante ayu menyebutkan sebuah nama
café. “Oke deeeh tante” jawabku. “Tunggu sebentar ya, tante mau ganti
baju dulu” ucap tante ayu. “Iyha tante” jawabku singkat.
Tak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu sudah
menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan
jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda
dalam soal dugem.
“Ayo!” Ajaknya
Aku pun mengikutinya menuju Mobilnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.
“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku
“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam delapan buat nonton konser ? ” Usulnya
“Boleh juga!, dimana?”
“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”
“Aku pun mengangguk mengiyakan nya”
Aku pun mengikutinya menuju Mobilnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.
“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku
“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam delapan buat nonton konser ? ” Usulnya
“Boleh juga!, dimana?”
“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”
“Aku pun mengangguk mengiyakan nya”
Di sebuah resto china dijalan protokol
kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol
mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah
sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Ayu menceritakan padaku
tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.
“Wah, kalau soal itu saya tidak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku merespon nya
“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis
“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya
“Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut”.
“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis
“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya
“Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut”.
Ketika waktu telah menunjukkan saatnya,
kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari
menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak
Ibu Ayu sangat menikmati suasana tersebut sambil sesekali mengenggam
tanganku, sehingga mau tidak mau pun aku menjadi ikut terbawa oleh
suasana yang menyenangkan.
Konser pun berakhir, dan saatnya kami
untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni
tangga cafe, yang entah karena apa, Ibu Ayu terpeleset namun untunglah
aku sempat memegangi nya namun salah tempat karena secara reflek aku
menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu
Ayu terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan
melepaskannya.
“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar dilihat orang” Kataku
Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya. Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan keadaannya.
Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya. Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan keadaannya.
Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya
sudah tidur semua kurasa, dan aku pun duduk di sofa sambil sejenak
melepaskan lelah. Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu membawakan segelas
teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat
kejadian di tangga cafe tadi.
“Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku
“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati sih, pegel banget nih!” Katanya
“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut
“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati sih, pegel banget nih!” Katanya
“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut
Dia pun merebahkan badannya agar aku
bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil
ikut memijiti kakinya sendiri. Saat tangan kami bersentuhan ada
getar-getar halus yang kurasakan menggodaku namun berhasil kutepiskan.
Namun tak disangka, Ibu Ayu memegang lengan ku dan menarikku ke dalam
pelukannya.
“temani aku malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku
Kurasa habislah pertahanan ku kali ini.
Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, aku pun memberikan
respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah.
Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang
menggembung, sedangkan aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup
ranum untuk wanita seusianya.
Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu
Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan
sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju,
hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur
yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya
sampai Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam
kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.
“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya
Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.
Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.
Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan
saat vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat
menikmati permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai basah
dengan keluarnya lendir yang berlebihan.
Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu
menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan tangannya
dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu
beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya,
kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar
kembali, begitu berulang-ulang.
“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin ……” bisiknya
“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”
“Akupun mengangguk”
“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”
“Akupun mengangguk”
Ibu Ayu berbaring telentang di pinggiran
ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku berlutut hendak
memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam
vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya
sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan
seluruh kemaluanku kedalam liang vaginanya.
Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan
yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini
sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku
untuk mulai menyetubuhi nya.
Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang,
setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur
mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan
kamar yang dingin seolah tidak terasa lagi, yang ada hanya
lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya
kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa
dan bau khas orang bersetubuh.
“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya
“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”
“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”
Entah sudah berapa lama kami saling
bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti
diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa
melemah.
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya
Kurasakan momen ini yang ternikmat dari
bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasan-remasan itu mengendur,
kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada
sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut
keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk
tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi
“Ouuuhhh..ooouuuhh….!” Desahku tak lama kemudian
Aku bergulir di samping Ibu Ayu mencoba
mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak
beraturan juga. Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat
diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas
Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum padaku.
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya
Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut.
“Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak khan nanti?” Tanyaku
“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”
“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”
“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.
Setelah kejadian itu, tiga hari
berikutnya aku menikmati servis istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih
mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan berbagai gaya yang diajarkan
olehnya, bahkan masih berlangsung hingga saat ini.
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment