Bandar Ceme Terpercaya - Aku Ingin Lebih Lama Menikmati Kemulusan Tubuh Karyawati Magang Cantik - Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan
hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di
kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari
demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang
menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya.
Bandar Ceme Terbaik - Semua anggapan temanku, tidak terlalu
aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang
karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika
seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir 2 minggu aku
mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku
terpesona.
Ketika aku mendengar gurauan dari
seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,-
kepada Muti, jika Muti mau menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah
semakin care sama si Muti. Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar
gurauan itu.
Namun aku tidak berani untuk
mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti, tidak mempunyai
hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar, jika temanku
berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika memang Muti
memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per 2
jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl
yang sudah dianggap cantik).
Suatu ketika, bersama seorang temannya
yang bernama Emma, Muti menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya
tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan keperluannya, mungkin karena
merasa sudah akrab, Muti juga bertanya tentang no.
HP ku, alasannya sih biar gampang saja,
kalau nanti dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor,
aku menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan
cara kerjaku, tiba-tiba,
“buukkk..” tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol buku yang aku simpan disisi meja.
Aku langsung mengambil bukunya dengan
cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku
melihat sesuatu yang sangat indah, 2 pasang paha mulus terpampang
didepan wajahku.
Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti
ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal
pahanya terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku
lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya.
Mungkin karena mereka terlalu fokus
memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang
sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya
mereka tutupi.
Karena takut mengundang kecurigaan dari
teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara
kerja di PT. BT kepada Muti dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku
alami, tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi
dengan apa yang sedang kami bicarakan, Muti bertanya.
“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya
tidak nyambung sih..”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti
itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan
menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.
“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti.
“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti.
Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya
bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar
penawaran Muti, aku malah berpikir yang tidak-tidak, dan membayangkan
apa yang ada dibalik CD nya itu.
Namun semuanya berusaha aku redam,
karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej),
agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami
langsung menuju kantin untuk makan siang.
Baru saja aku selesai makan, Muti
mendekatiku dan berbisik “besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam
09.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”.
Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang
akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari
sabtu PT. BT libur.
Mengapa dia berbisik sangat pelan
kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap
berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan
motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu adalah
hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan
angka 07.30,
Setelah mencari sarapan, sambil
ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo
doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp.
400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku
adalah si Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti
hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.
“Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?”,
“Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.
“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti polos.
“Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.
“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti polos.
Tanpa disadari, mungkin karena saking
senengnya, aku yang sejak awal memang mengagumi Muti, langsung
memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Muti mencoba melepaskannya, dan
mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat
banyak orang.
Akhirnya kami memutuskan mencari tempat
yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat
satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain,
walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya menyanggupinya.
Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di
front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV
dan AC. Dengan agak ragu Muti memasuki pintu kamar (mungkin karena baru
pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat
di dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.
“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol
berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang
lain”. Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran
TV yang khusus menyiarkan acara musik.
Kebetulan banget lagunya adalah
lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi
suasana hati kami. Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink.
Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan
mengantarkan pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan,
maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan
bertanya.
“Fik, apakah Muti salah bila Muti
mencintai Fik, Muti sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak
diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak mengetahui apa sebenernya yang
Muti harapkan.
Maafin Muti yach, Muti udah ngerepotin
Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Muti malah
meminta Fik menemui Muti”. Aku terharu juga mendengar kejujuran dan
kepolosannya, akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada
dihatinya, sambil membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih
tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa semua yang dialami,
adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada
yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.
Ketika dia menatapku dengan tatapan yang
tajam, secara perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang
kulakukan itu malah membuat Muti berani untuk membalas ciumanku. Dia
langsung melumat bibirku, dan seperti seseorang yang tidak mau
kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali.
Sambil terus menikmati bibirku,
tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin
beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi
sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja
(waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh tubuhnya
sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).
Kedua payudaranya terasa makin mengeras,
akhirnya kuputuskan untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja,
kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan betapa nikmatnya jika
bercumbu dengan si Muti, apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan
pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat
ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai berusaha membuka
kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada kedua
payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan.
Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya
kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak
aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya
sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan itu,
kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang
sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian
tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya
kembali.
“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh..
ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maaattt.. teeeruuus.. aaccchhh..”
Muti terus meracau menikmatinya.
Aku terus merangsangnya, dan mencoba
membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya
sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti mengerti,
dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya
sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya.
Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti
berusaha untuk membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari
tangannya membuka kancing kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju
dan celana yang aku pakai, Muti hanya menyisakan CD saja yang masih
melekat ditubuhku.
Mungkin dia masih ragu untuk membukanya,
karena diapun masih mengenakan CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia
sedang diamuk birahi, namun dia masih bisa menguasai pikirannya, aku
yakin dia merasa takut di cap sebagai cewe yang agresif dan takut jika
aku tidak menyukai tindakannya.
Namun aku tetap menikmati suasana yang
terjadi di dalam kamar hotel ini. Aku terus merangsang birahinya,
ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang
pusarnya, dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang masih
melekat ditubuhnya.
Secara perlahan aku mencoba membuka CD
nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru
telihat ketika CD nya mulai bergerak turun. Muti sangat menikmati semua
sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya telah terlepas, dan aku
mulai menjilati , dia terus mendesah dan malah membuka pahanya
lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam .
Dengan keharuman yang khas, itu telah
membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan
dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan
kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin
cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Muti terus mendesah dan meracau
tak karuan.
“Aacchhhh.. terus sayang.. nikmatnya..
teruzzsss.. lebih ke dalam lagi Fik.. teruuzzss.. yacchhh.. benar..
jilati terus yang.. itu.. sayang.. accchhh”. Karena rangsangan yang dia
terima makin hebat, pantatnya bukan hanya digoyang-goyangkan, tapi malah
diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar lubang yang lebih dalam
ikut tersentuh oleh lidahku.
Dengan bantuan jari-jariku, aku terus
mengaduk-aduk isi Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia
langsung menggelinjang, lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku,
Muti makin liar, seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak
karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutnya, karena yang aku
tahu, lubang sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh
tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena,
dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.
Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku
berusaha untuk tenang, tetapi sudah sangat tegang (walau masih tertutup
oleh CD) dan ingin segera merasakan nikmatnya Muti. Aku segera mencium
dan menjilati “lubang surga” itu, agar Muti bisa merasakan apa yang
namanya multi orgasme.
Usahaku ternyata berhasil, karena hanya
dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi
desahannya yang sangat menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan
itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Muti terlihat sangat lelah,
meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral
yang aku lakukan.
Dengan tersenyum, dia mencoba untuk
melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai
menjilat dan mengulum . Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula
mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan Muti.
Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan
mengeluar masukan ke dalam mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan
kelembutan lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala . Gila.. ternyata
Muti bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Muti mempunyai kemampuan
yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan kita dalam permainan
seksnya.
Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan
ketika dia melakukan oral terhadapku, namun kenyataannya, semua
spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak
rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat
spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma
yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati yang masih
ada sisa-sisa spermanya.
“Fik, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Muti memuji.
Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya,
karena bola mataku tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Muti yang
telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya. Kuperhatikan lagi
“lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata, warnanya agak
memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.
“Makasih ya Mut..”, kataku sambil menciumi .
“Fik, boleh tidak kalau Muti minta Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..”, tanya Muti sambil memohon.
“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik Muti, soalnya Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam Muti. Boleh yach?”
“Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?”, tolak Muti.
“Fik, boleh tidak kalau Muti minta Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..”, tanya Muti sambil memohon.
“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik Muti, soalnya Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam Muti. Boleh yach?”
“Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?”, tolak Muti.
“Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah”, kataku sambil mulai menjilati Muti.
Dengan melebarkan pahanya, dan
mempergunakan kedua tangannya, Muti membantu melebarkan agar mempermudah
ku di dalam mencumbui . Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak
karuan menahan rasa nikmat yang dia terima.
Sengaja aku terus menjilati klitnya,
agar dia diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai
menegang, dan mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku
langsung memindahkan cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat
kencang. Kuciumi bagian bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di
daerah tersebut.
“Fik.. enak sekali sayang.. acchhh.. ooohhhh..” Muti menggelepar menahan birahinya yang semakin besar.
Kulihat jari lentik Muti mulai bermain
dibibir kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali
memasukan jarinya ke dalam lubang yang sudah sangat basah karena
banyaknya cairan pelicin yang keluar dari dalam . Sambil tetap
membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan
menarik tangan Muti yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.
Awalnya dia menolak, tapi ketika aku
bimbing jarinya kearah , Muti langsung menggenggam dan mengocoknya.
Setelah agak lama, aku meminta Muti agar dia berada diatas tubuhku yang
sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku.
Sengaja aku menggesek-gesekan diantara
lubang , ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan
yang dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak
menggesekan ke bagian luar .
Akhirnya, walau dengan posisi berada di
bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku berusaha mengarahkan agar bisa
memasuki lubang . Muti terus menggerakkan dan menggesekan , dan tanpa
disadarinya, ternyata kepala mulai bergerak memasuki ketika dia
menggerakan pantatnya dari atas ke bawah.
Terasa lembut sekali ketika kepala
menyentuh bagian dalam dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang
sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa, sudah seluruh bagian berada
di dalamnya.
Seperti kesetanan, Muti terus
menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya.
Akupun terus mengeluar masukan ke dalam lubang meki nya. (walau agak
sulit karena posisiku berada di bawah).
Secara reflek Muti langsung merebahkan
tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun
karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan badannya agar berada
di bawah tubuhku.
Dengan sedikit santai, aku terus
menggerakan “junior”ku, namun karena tubuh Muti yang bersih dan terawat,
birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati
kemulusan tubuhnya.
Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang mekinya.
Posted By : www.tugupoker.net
ayam bangkok asli
ReplyDelete