Agen Casino Terpercaya - Rayuan Maut Sekretaris Cantik Ngajak Ngeseks - Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh
mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah
kupilih.Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia
habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.Kuperhatikan wajah Sri
yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku,
kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.
Agen Casino Online - Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.Malam
harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di
ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV,
tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah
kukunci.Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku
malam-mala, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang
baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika
kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.
Hatiku yang tadinya
sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan
sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,
“Ngapain malam-malam ke sini”. Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,
“Paak…, boleh saya masuk?
“Yaa…, sana duduk”, kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.
Sri
segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan
kata-kata apapun.Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di
sampingnya tanpa peduli.Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika
tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara
senggukan tangisnya, Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,
“Paak…,
maafkan Srii…, paak, saya mengaku salah…, paak dan tidak akan
mengulangi lagi”, dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada
jawaban dariku.
Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya
dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya,
lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga
mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan
tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.Ketika kuusap-usap kepalanya
sambil kukatakan,
“Srii…, sudaah…, jangan menangis lagi…, Srii”,
Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan
memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua
pahaku.
Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat
ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat
penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan
tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,
“Srii…,
sudah…, laah…, jangan menangis lagi”.Setelah tangisnya mereda,
perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan
isaknya,
“Paak…, maafkan…, srii…, yaa”, sambil kucium keningnya lalu kukatakan,
“Srii…, sudah.., laah…, saya maafkan…, dan mudah-mudahan tidak akan
terulang lagi”. Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung
memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan
riang walaupun dengan matanya yang masih basah,
“Terima kasiih…, paak…, terima kasiih”, lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.
“Sudah.., laah…, Sri”, kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.
“Gara-gara kamu nangis tadi…, aku jadi susah…”.
“Ada apa paak”, tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran.
Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,
“Srii…,
itu lhoo…, gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi…, adikku yang tadi
tidur…, sekarang jadi bangun”, kataku memancing dan mendengar jawabanku
itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,
“iihh…, bapaak”, dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku,
“Paak…, Sri…, suruh…, tiduur…, yaa?”, seraya tangannya menyingkap
sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga penisku yang
sudah tegang dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku
sedikit, kepala Sri menunduk mendekati penisku serta,
“Huup..”, penisku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya.
Sri
segera menggerakkan kepalanya naik turun mengulum kontolku serta terasa
lidahnya dipermainkan di kepala penisku sehingga membuatku seperti
terbang di awang-awang,
“Sshh…, aahh…, oohh.., Srii…, sshh…, aahh”, desahku keenakan tanpa sadar.
“Srii…, lepas sebentaar…, Srii…, saya mau lepas sarung dan CD-ku
dulu..”, kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya
terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang
mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas
payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya.
Setelah
baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi
punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan
kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya
naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan
kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan
geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh
penisku terdengar suara,
“Hhmm…, hhmm…, hhmm”.Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,
” Srii…, sudah duluu…”, sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk
serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.
“Srii…, kita pindah ke kamar…, yaa”, kataku sambil mengangkat Sri
berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku
dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja
kutidurkan telentang di tempat tidurku.
Segera kulepas singletku
sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung
kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.Tapi…, ah..,
cuek saja.Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin
lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang
berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya
Sri.Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga,
Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,
“Paak…,
paak…, ayoo…, paak…, cepaat…, paak…, masukiin…, sshh”, dan setelah aku
berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya
serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,
“Paak…, ayoo…, cepaat.., Srii…, aah…, sudah nggak tahaan…, paak”. Aku
turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku
dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang penisku dan
dibimbingnya ke aah vaginanya.
“Srii…, aku masukin sekarang…, yaa”, tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab,
“Paak…, cepaat…, paak”, dan segera saja kutekan penisku serta,
“Blees..”, disertai teriakan ringan Sri,”aahh..”, masuk sudah penisku dengan mudah ke dalam vaginanya Sri.
Sri
yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku
kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan
menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya disertai bunyi
“Ccrreet…, creet.., crreet”, dari vaginanya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,
“oohh…, aahh…, sshh…, paak…, aah”.Gerakan penisku kupercepat sehingga
tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,
“Adduuh…, paak…, aahh…, oohh…, aduuhh…, paak…, aduuhh…, paak”, sambil
mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya
kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak
lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya
dengan nafasnya yang memburu.
Aku agak sedikit kecewa dengan
sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal
ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan penisku keluar
masuk.
“Srii…, kenapa nggaak bilang-bilang…, kalau mau keluar”, tanyaku sedikit kecewa.
“Paakk.., jawab Sri dengan masih terengah engah,
“Sri…, sudah nggak…, tahaan…, paak..” Agar Sri tidak mengetahui
kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh
wajahnya, sedangkan penisku tetap kudiamkan di dalam vaginanya.
eeh, tidak terlalu lama terasa penisku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam vaginanya.
“Srii…,
teruus…, Srii…, enaak…, teruuss…, Srii”, dan membuatku secara tidak
sadar mulai menggerakkan penisku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai
menggerakkan pinggulnya kembali.Aku semakin cepat mengerakkan penisku
keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,
“Ccrroot…, crreet…, ccrroot…, creet”, dari arah vaginanya.
“Srii…, Srii…, ayoo…, cepaat…, Srii”, dan seruanku ditanggapi oleh Sri.
“Paak…, iyaa…, paak…, ayoo”, sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
“aahh…, sshh…, Ssrrii…, ayoo…, Srrii.., saya.., sudah dekaat srii.”
“Ayoo…, paak…, cepaatt…, sshh…, paak” Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak
“Srrii…, ayoo…, Srrii…, sekaraang”, sambil kutusukan penisku kuat-kuat ke dalam vaginanya Sri dan ditanggapi oleh Sri.
“Paak…, ayoo…, aduuh…, aah…, paak”, sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.
Setelah
beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan penisku tetap di
dalam vaginanya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia
pulang dengan kendaraanku.Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK
tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah
pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang
diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK
juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku.
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment