Judi Casino Terbaik - Nafsu Birahi Cewek Sange Mahasiswi Kedokteran - Saya punya seorang kenalan mahasiswi kuliahan fakultas kedokteran, sebut
saja namanya Santi. Orangnya cantik, kulitnya putih bersih dan mulus,
maklum anak keturunan negeri seberang. Sedang saya sendiri (Beni) adalah
seorang mahasiswa yang kuliah di fakultas kedokteran juga di jakarta.
Judi Casino Online - Suatu hari saya menjemput Santi dari kuliahnya untuk pulang.
Sesampainya di rumah Santi di bilangan Cempaka Putih, dia mengajak saya
masuk kerumahnya karena katanya rumahnya kosong sampai besok siang.
Sayapun masuk dan duduk di sofa ruang tamunya. Setelah menutup pintu
depan, dia masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan ganti baju.
Tidak
lama kemudian dia datang dengan baju kaos dan rok pendek sambil membawa
dua minuman dan duduk di samping saya. Busyet, saya bisa mencium harum
tubuhnya dengan jelas. Dan terus terang tiba-tiba saya terangsang dan
mulai membayangkan keindahan tubuh Santi bila tanpa busana. Secara tidak
sadar, saya menatap tubuh segarnya dan membuat Santi bingung.
“Kenapa sih Ben?”, tanyanya. Saya cepat-cepat sadar dari lamunan erotis saya.
“Ngga.., lu kelihatan laen dari biasanya”.
“Lain apanya Ben..?”, sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki satunya.
Busyet, pahanya putih sekali. Birahi sayapun tambah terangkat. Pikiran
erotis saya mulai bergelora lagi, menghayalkan seandainya saya bisa
meraba-raba kemulusan pahanya.
“Heh..!”, katanya sambil tertawa dan menepuk bahu saya, “Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!”.
Saya cuma bisa tersenyum, “San, panas ya di sini?”, sambil saya mengambil saputangan di kantong celana.
“Iya yah, lo udah mulai keringetan begini”.
Tiba-tiba saja dia mengelap keringat di dahi saya memakai tisunya.
Dalam
keadaan berdekatan seperti ini, saya punya inisiatif untuk memeluk dan
menciumnya. Dan benar, memang santi sudah terangsang yang menurut saya
dia cewek sange. Santi sudah berada dalam pelukan saya, dan bibirnya
sudah dalam lumatan bibir saya. Dia sama sekali tidak berontak dan mulai
memejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannya perlahan
berganti posisi memeluk leher saya. Tangan saya yang tadi memegang
pinggulnya, turun perlahan ke pangkal pahanya dan akhirnya saya berhasil
merasakan betapa mulus dan lembutnya paha Santi. Saya meraba naik turun
sambil sedikit meremasnya.
Rasanya agak bangga juga saya mulai
bisa menyentuh bagian tubuhnya yang agak sensitif. Sedang bibir kami
masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih terpejam.
Lama-lama saya merasa kurang lengkap kalau hanya meraba bagian pahanya
saja. Tangan saya mulai naik lagi. Sekarang saya ingin sekali untuk
menikmati buah dadanya. Pikiran saya sudah melayang jauh.
Pelan
tapi pasti saya mengangkat baju kaosnya untuk saya buka. Dia tidak
menolak, dan setelah saya buka bajunya, kelihatanlah buah dadanya yang
masih terbungkus rapi oleh BH-nya. Saya lumat lagi bibirnya sambil saya
bawa tangan saya ke belakang tubuhnya. Memeluk.., dan akhirnya saya
mencari kancing pengait BH-nya untuk saya lepas. Tidak berapa lama
kemudian terlepaslah BH pembungkus buah dadanya. Dan mulailah tersembul
keindahan buah payudara dadanya yang putih dengan puting kecoklatan di
atasnya. Akh, benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling
indah dengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat. Saya tambah
gregetan melihat indahnya buah dada Santi yang terawat rapi selama ini.
Akhirnya
saya mulai meraba dan meremas-remas salah satu buah dadanya dan kembali
saya lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas Santi mulai tidak teratur.
Kadang Santi menghembuskan nafas dari hidungnya cepat hingga terdengar
seperti orang sedang mendesah. Santi membiarkan saya menikmati tubuhnya.
Birahinya sudah hampir tidak tertahankan.
Saat saya rebahkan
tubuhnya di sofa dan mulut saya siap melumat puting susunya, Santi
menolak saya sambil mengatakan, “Ben, jangan di sini.., di kamar saya
aja!”, ajaknya dan kemudian bangun, mengambil baju kaos dan BH-nya di
lantai dan berjalan menuju kamar tidurnya. Saya mengikutinya dari
belakang sambil membuka baju saya sendiri dan melepas kancing celana
saya.
Begitu pintu ditutup dan dikunci, saya langsung memeluk
Santi yang sudah telnjang dada dan kembali melumat bibir mungilnya lalu
meraba-raba tubuhnya sambil bersandar di tembok kamarnya. Lama-lama
cumbuan saya mulai beralih ke lehernya yang jenjang dan menggelitik
belakang telinganya. Santi mulai mendesah pertanda birahinya semakin
menjadi-jadi. Saking gemesnya saya sama tubuh Santi, tidak lama tangan
saya turun dan mulai meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitu
montoknya. Santi mulai mengerang geli. Terlebih ketika saya lebih
menurunkan cumbuan saya ke daerah dadanya, dan menuju puncak bukit
kembar yang menggelantung di dada Santi.
Dalam posisi agak jongkok
dan tangan saya memegang pinggulnya, saya mulai menggerogoti puting
susu Santi satu persatu yang membuat Santi kadang menggelinjang geli,
dan sesekali melenguh geli. Saya jilat, gigit, kulum dan saya hisap
puting susu Santi, hingga Santi mulai lemas. Tangannya yang bertumpu
pada dinding kamar mulai mengendor.
Perlahan tangan saya meraba
kedua pahanya lagi dan rabaan mulai naik menuju pangkal pahanya. Dan
saya mengaitkan beberapa jari saya di celana dalamnya dan, “Srreet!”,
Lepas sudah celana dalam Santi. Saya raba pantatnya, begitu mulus dan
kenyal, sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan saya yang berikutnya
hampir mencapai daerah selangkangannya.., tiba-tiba, “Ben, di tempat
tidur aja yuk..! saya capek berdiri nih”. Sebelum membalikkan badannya,
Santi memelorotkan rok mininya di hadapan saya dan tersenyum manis
memandang ke arah saya. Wow, senyum itu.., membuat saya kepingin
cepat-cepat menggumulinya. Apalagi Santi tersenyum dalam keadaan tanpa
busana.
Santi mendekati saya, dan tangannya dengan lincah melepas
celana panjang dan celana dalam saya hingga kini bukan hanya dia saja
yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan saya yang tegang mengeras
menandakan bahwa saya sudah siap tempur kapan saja. Tinggal menunggu
lampu hijau menyala.
Lalu Santi mengambil tangan saya, menggandeng
dan menarik saya ke ranjangnya. Sesampainya di pinggir ranjang, Santi
berbalik dan mengisyaratkan agar saya tetap berdiri dan kemudian Santi
duduk di sisi ranjangnya. Oh, Santi mengulum batang kemaluan saya dengan
rakusnya. Gila, lalu dia dengan ganasnya pula menggigit halus, menjilat
dan mengisap batang kemaluan saya tanpa ada jeda sedikitpun. Kepalanya
maju mundur mengisapi kemaluan saya hingga terlihat jelas betapa kempot
pipinya. Saya berusaha mati-matian menahan ejakulasi yang saya rasakan
agar saya bisa mengimbangi permainannya. Kadang saya meringis nikmat
saat Santi mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalam mencumbui
kemaluan saya. Wow, betapa nikmatnya hingga menyentuh sumsum.
Sudah
15 menit Santi mengisapi batang kemaluan saya, lalu dia melepas
mulutnya dari batang kemaluan saya dan merebahkan tubuhnya telentang di
atas ranjang. Saya mengerti maksud Santi ini. Dia minta gantian saya
yang aktif. Segera saya tindih tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk
beberapa lamanya, dan saya mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya
lagi, kemudian saya turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah
selangkangannya. Santi mengerti maksud saya. Dia segera membuka dan
mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, membiarkan saya membenamkan
muka saya di sekitar bibir vaginanya. Kedua tangan saya lingkarkan di
kedua pahanya dan membuka bibir vaginanya yang sudah memerah dan basah
itu. Oh, rupanya sewaktu dia mandi sudah dibersihkan dan disabun dengan
baik sehingga bau vaginanya harum. Ditambah menurut pengakuannya, bahwa
dia tadi meminum ramuan pengharum vagina. Tanpa buang waktu lagi, saya
menjulurkan lidah untuk menjilati bibir vaginanya dan clitorisnya yang
tegang menonjol.
Wow, Santi menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar
hebat. Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dan
nikmatnya tarian lidah saya di liang sanggamanya. Kadang pula Santi
melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmati gelitik lidah saya.
Terlebih ketika saya julurkan lidah saya lebih dalam masuk ke liang
vaginanya sambil menggeser-geser ke clitorisnya. Dan bibir saya melumat
bibir vaginanya seperti orang sedang berciuman. Vaginanya mulai
berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis, dan akhirnya..
“Ben.., ohh.., Ben.., udahh.., entot saya Ben!”, Santi mulai memohon
kepada saya untuk segera menyetubuhinya. Saya bangun dari daerah
selangkangannya dan mulai mengatur posisi di atas tubuhnya dan
menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lorong
vaginanya perlahan. Dan akhirnya saya genjot vagina Santi yang masih
perawan itu secara perlahan dan jantan. Masih sempit, tapi remasan
liangnya membuat saya makin penasaran dan ketagihan.
Akhirnya saya
sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahan saya tarik lagi. Pelan,
dan lama-kelamaan saya percepat gerakan tersebut. Kemudian posisi demi
posisi saya coba dengan dukungan Santi.
Saya sudah tidak sadar
berada di mana. Yang saya tahu semuanya sangat indah. Rasanya saya
seperti melayang terbang tinggi bersama Santi. Yang saya tahu, terakhir
kali tubuh saya dan tubuh Santi mengejang hebat. Keringat membasahi
tubuh saya dan tubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Saya merasakan
ada sesuatu yang muncrat banyak sekali dari batang kemaluan saya
sewaktu barang saya masih di dalam kehangatan liang sanggama Santi.
Setelah itu saya tidak tahu apa lagi.
Sebelum saya tertidur saya
sempat melihat jam. Alamak!, dua setengah jam. Waktu saya sadar
besoknya, Santi masih tertidur pulas di samping saya, masih tanpa busana
dengan tubuh masih seindah sebelum saya bersenggama dengannya. Sambil
memandanginya, dalam hati saya berkata, “Akhirnya saya bisa juga
ngelampiasin nafsu yang saya pendam selama ini”.
Thank’s banget
San.., kalo nggak ada lo, saya kagak tau deh ke mana saya bawa nafsu
saya ini”, saya kecup keningnya, lalu saya segera berpakaian dan siap
pergi dari rumah Santi setelah saya lihat jam di mejanya, mengingatkan
saya bahwa sebentar lagi keluarganya segera datang. Saya kagak mau
konyol kepergok lagi bugil berduaan bersama dengannya. Apalagi masih ada
noda darah perawan di sprei tempat tidurnya. Saya bangunkan dia dan
berkata bahwa lain kali sebaiknya kita main di villa saya, di Bogor,
dengan alasan lebih aman dan bebas. Tamat
Posted By : www.nusacash.co
No comments:
Post a Comment