Agen Poker Terbaik - Ketika Istri Tetanggaku Lebih Butuh Belaian Kasih Sayang Daripada Kekerasan - Meskipun tinggal di Jakarta dan digaji besar, aku lebih suka tinggal di
perkampungan. Kosku berada di wilayah Jakarta Selatan dekat perbatasan
Tangerang. Lokasinya yang nyaman dan tenang, jau dari hiruk pikuk kota,
membuatku betah tinggal lama disini sejak tahun 2009.
Agen Poker Terpercaya - Sudah 7 tahun lebih aku belum pernah
pindah. Tetangga-tetangga pun heran mengapa aku betah tinggal disitu
padahal bu kostku terkenal orangnya kolot dan masih memegang tradisi
lama. Orangnyapun alim dan tidak suka anak kostnya berbuat macam-macam
dan kalau ketahuan sudah pasti diusir dari rumah kostnya.
Rumah kostku 2 lantai yang disewakan
hanya 5 kamar dengan ukuran sedang dan kostnya baik untuk putra maupun
putri, yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Kamar mandi
untuk anak kost disedakan ada 2 didalam rumah satu dan yang diluar juga
ada. Ibu koskupun tinggal disitu cuman tinggal di kamar sebelah dalam
bersama anak semata wayangnya Mas Rano.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2015,
Rumah kost hanya terisi dua satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga
Mas Tarno berasal dari Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku
jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Nita seumuran
denganku. Nita orangnya manis putih tinggi sekitar 165 cm ukuran
payudara sekitar 34-an. Mereka sudah dikaruniai satu orang anak masih
berumur 2 tahun bernama Rara.
Mas Tarno orangnya penggangguran. Jadi
untuk keperluan, Nita-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah
Supermarket terkenal (supermarket ini sering dikenai sanksi oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha lho!!!….hayo tebak siapa bisa..hahahaha….)
sebagai SPG sebuah produk susu untuk balita.
Karena keperluannya yang begitu banyak,
Nita (menurut pengakuannya) sampai meminta pihak manajemen untuk bisa
bekerja 2 shift. Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita
mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk
beli rokok. Padahal jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat
Rara putrinya.
Mas Tarno pun sering membalas
omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan
didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu
saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus
meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya
bukan main mendengarnya.
Akan tetapi hal itu tidak berlangsung
lama. Pada malam itu, aku ngobrol dengan Nita dikamarnya sambil nonton
TV. Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih
lucu-cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita
kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep
nyusahin. wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku khan
istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu
mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat
nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab
dengan marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk
menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang
jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan
tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar
di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-andai….biarkan
hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya. “Mas, ….. Tiba-tiba Nita yang
butuh belaian duduk disebelahku mengapit tangganku dan menyandarkan
kepalanya. Aku sungguh terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang, butuh
belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia
dengan pelukan di bahunya.
Sayang sekali Wanita semanis Nita yang
butuh belaian disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki
normal punya nafsu terhadap wanita. Justru inilah kesempatanku untuk
mengerjai Nita apalagi ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya
selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat
jatah kerja Shift malam di sebuah Mall.
Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku
langsung merengkuh tubuh Nita yang montok itu kedalam pelukanku dan
langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk tubuhku erat erat,
Nita yang butuh belaian sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat
sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku.
Tanganku asyik meremas susu Nita yang
tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita
yang butuh belaian memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku
menarik daster Nita, dan seperti biasanya Nita sudah tak mengenakan apa
apa dibalik dasternya itu ternyata Nita memang sudah merencanakannya
tanpa sepengetahuanku.
Tubuh Nita yang butuh belaian benar
benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan
susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah nonok yang tak berambut
mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas
Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan
gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.
Ketika kubentangkan bibir nonoknya,
itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika
kusentuh dengan lidahku, Nita yang butuh belaian langsung menjerit
lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang
sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas. Ketika kudekatkan
penisku ke wajah Nita, dengan sigap pula Nita menggenggamnya dan
kemudian mengulumnya.
Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai
membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir
seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita yang butuh belaian sepertinya
sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku
ia berkali kali melirik kearahku.
Aku hanya dapat menyeringai keenakan
dengan servis Nita ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang
sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya,
maka Nita melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya.
Setelah aku berbaring dengan agak
tergesa gesa Nita merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati
bagian peka disekeliling penisku, mulai dari pelirku, terus naik keatas
sampai keNitang kencingku semuanya dijilatinya, bahkan Nita dengan
telaten menjilati Nitang duburku yang membuat aku benar benar
blingsatan.
Aku hanya dapat meremas remas susu Nita
serta merojok nonoknya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan
kelihaian Nita ini, kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak memperdulikanku
malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya
yang hangat itu.
Tanpa dapat dicegah lagi air maniku
menyembur keluar yang disambut Nita dengan pijatan pijatan lembut
dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air maniku agar keluar
sampai tuntas. Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis keluar
semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum
manis ia melirik kearahku.
Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air
maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah
habis ditelan oleh Nita. Nita langsung berbaring disampingku dan
berbisik “Mas Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku
tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku
sendiri itu.
Dengan tubuh telanjang bulat Nita mulai
memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk
beberapa waktu itu, pijatan Nita benar benar nyaman, apalagi ketika
tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa
dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang
karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih
bergelora.
Aku juga makin bernafsu melihat susu
Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba nonoknya
ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih
bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat penisku yang
sudah tegak itu, Nita langsung mengangkangi aku dan menepatkan penisku
diantara bibir nonoknya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya
sehingga akhirnya penisku habis ditelan nonoknya itu.
Setelah penisku habis ditelan nonoknya,
Nita bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya
pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku
menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Nita.
Setiap kali Nita menekan pantatnya, aku
menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu.
Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh,
penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap
oleh dinding nonok Nita yang butuh belaian .
Hebatnya nonok Nita sama sekali tidak
becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama sekali tak
terangsang oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa
Nita yang butuh belaian juga sangat bernafsu, karena kulihat dari
wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu
itu.
Aku makin lama makin tak tahan dengan
gerakan Nita itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya
tanpa perlu melepaskan jepitan nonoknya. Begitu posisiku sudah diatas,
langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki nonok
Nita.
Nita menggigit bibirnya sambil
memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus
dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk
kebagian yang paling dalam dari nonok Nita. Rojokanku sudah mulai tak
teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku,
sementara Nita sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.
Mulutku menciumi susu Nita yang butuh
belaian dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku
untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging
empuk itu dengan penuh gairah, Nita makin keras merintih rintih,
kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa
bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan nonok Nita
mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang
penisku.
Ketika aku mau menarik pantatku untuk
memompa nonoknya, Nita dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk
bagian yang paling dalam dari nonoknya sementara pantatnya bergoyang
terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya.
Dengan suara agak gemetar merasakan
kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku
menggelengkan kepala, Nita menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku
kucabut, Nita langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang
berkumpul disitu menjadi bersih. Penisku saat itu warnanya sudah merah
padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar
lingkar disekeliling batang penisnya.
Nita sesekali menjilati ujung penisku
dan juga buah pelirku. Ketika Nita yang butuh belaian melihat penisku
sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku
memasukkan penisku, tetapi kali ini Nita yang menuntun penisku bukannya
keNitang nonoknya melainkan keNitang duburnya yang sempit itu.
Aku menggigit bibirku merasakan sempit
serta hangatnya Nitang dubur Nita, ketika penisku sudah menyelusup masuk
sampai kepangkalnya, Nita menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku
mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali. Kurasakan betapa ketatnya
dinding dubur Nita menjepit batang penisku itu, terasa menjalar
diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku.
Benar benar rasa nikmat yang luar biasa,
baru beberapa kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena
aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika
kenikmatan itu harus segera lenyap. Nita menggigit pundakku ketika aku
menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan
permainanku.
Setelah kurasa agak tenang, aku mulai
lagi menggerakkan penisku menyelusuri dinding dubur Nita itu, dasar
sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba
memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Nita juga
mencengkeram pundakku. Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air
mani yang aku yakin pasti sangat banyak.
Tanpa tenaga lagi aku terguling
disamping tubuh Nita, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu
berkilat oleh lendir yang membasahinya. Nita langsung bangun dari tempat
tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan
dibersihkannya penisku itu, aku tahu kali ini dia tak mau
membersihkannya dengan lidah karena mungkin dia kuatir kalau ada
kotorannya yang melekat.
Setelah itu, disuruhnya aku telungkup
agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping karena
memang lelah, pijatan Nita benar benar enak, sambil memijat sesekali dia
menggigiti punggungku dan pantatku. Aku benar benar puas menghadapi
perempuan satu ini. Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku
terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Nita terus memijit
tubuhku.
Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata
Nita masih saja telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat
tubuh Nita yang sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan
penuh gairah, Nitapun mulai meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk
kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar kamar
sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian
berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan
mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..”
desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang
ranum. Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong
tubuhnya ke dinding kamar mandi.
Tanganku membekap dadanya dan memainkan
putingnya. Nita mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati
putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku
paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada
waktu, karena sudah menjelang pagi. Nita mengusap biji pelirku.
Kunaikan tubuh Nita ke bak mandi.
Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali.
Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia
mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan
memilin-milinnya dengan kuat. Kumasukan dua jari tanganku ke dalam
liangnya, dan ia menjerit tertahan.
Ia tersenyum padaku, tampak sangat
menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke
dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin
membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku
cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya.
Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga
sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat
dengan dinding rumha tetangga. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan
seperti menyuruhku menjilati liangnya. ” Ahhh… ahhh…. Mas… Arghhhh..
uhhh…. Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan
klitorisnya kuat2.
Dan jari-jariku makin mengocok liangnya.
Semenit kemudian, Nita benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah
kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah
dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di
atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang
belum tegak benar.
Jari-jarinya dengan lihay
mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku
merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan
sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan pagutannya, dan
langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok
penisku dengan penuh gairah.
Dadanya naik turun dengan cepat, dan
sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai
sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan
mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya
melingkar di pinggangku. Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai
kukocok dengan kasar.
Nita tampak sangat menyukainya. Ia
mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas,
kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit
seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan
kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Nita makin terangsang.
Penisku terus memompa liangnya dengan
cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit… Penisku keluar masuk
liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Nita merem melek, dan ia
semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku
harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku.
” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh
uhhhhhh…” Nita orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang
banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet.
Biasa kalau habis minum staminaku memang
suka lebih gila. Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan
pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang. Ia
mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di
depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan.
Aku mulai memompa liangnya dengan pelan,
lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan
memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras
pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama
semakin terasa licin.
Tanganku berpindah-pindah, kadang
mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Nita naik turun sesuai
irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam
liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya
menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih
cepat.
Penisku terasa makin becek oleh cairan
liangnya. “Nita..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih
aku….penismu….tahan!!!! “Nita langsung membalikan tubuhnya, dan
mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat
seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke
dalam mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku
tertahan. Nita menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa
ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan
pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku
lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Nita berlutut dan
menjilati seluruh penisku dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih penisku, ia
memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat
agar aku tidak bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi.
Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.
Setelah kejadian itu aku sama Nita
semakin gila-gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku kembali
dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari.
Posted By : www.tugupoker.net
No comments:
Post a Comment